Rabu 13 Nov 2024 16:24 WIB

PLN Kembangkan Skenario Transisi Energi yang Agresif

PLN mengembangkan infrastruktur untuk mendukung integrasi energi terbarukan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya untuk mempercepat transisi energi demi mencapai target pengurangan emisi karbon yang ambisius. Executive Vice President Transisi Energi dan Berkelanjutan PLN, Kamia Handayani, mengungkapkan berbagai inisiatif agresif yang sedang dan akan dilakukan PLN dalam pengembangan energi terbarukan.

Kamia mengatakan PLN tidak hanya berfokus untuk menjadi salah satu dari 500 perusahaan global, tetapi juga berambisi untuk mewujudkan perusahaan yang berkelanjutan dan bersih.

“Jadi PLN memiliki tujuan untuk menjadi 500 perusahaan global, namun untuk menjadi 500 perusahaan global, kami juga ingin menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan bersih,” kata Kamia di panel diskusi di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-29 (COP29), di Baku, Azerbaijan, Rabu (13/11/2024).

PLN merancang sejumlah skenario transisi energi yang dikembangkan bersama tim sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP). Menurut Kamia, PLN menghasilkan enam skenario transisi, namun setelah analisis mendalam terhadap aspek keuangan, skenario pengembangan energi terbarukan yang dipercepat dipilih sebagai yang paling optimal.

“Kami juga bekerja sama dengan tim sekretariat JETP untuk mengembangkan skenario transisi energi yang lebih agresif atau lebih cepat,” katanya.

Dalam skenario percepatan ini, PLN berencana menambah kapasitas energi terbarukan menjadi sebesar 75 persen hingga tahun 2040. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan target awal dalam RUPTL 2021-2030 yang mencatatkan target penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 52 persen.

“Dalam skenario percepatan pengembangan energi terbarukan, hingga tahun 2040, akan ada lebih banyak lagi persentase penambahan kapasitas energi terbarukan, yaitu sebesar 75 persen, dan kita bisa melihat dampaknya terhadap penurunan emisi, karena pada akhirnya yang kita bicarakan di COP29 ini adalah bagaimana kita bisa memerangi perubahan iklim, mengurangi emisi,” jelas Kamia.

Kamia juga menggarisbawahi  emisi Indonesia di sektor kelistrikan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030, sementara puncak emisi nasional secara keseluruhan diproyeksikan terjadi pada 2040.

“Setelah mencapai puncak, kami akan secara bertahap menurunkan emisi hingga mencapai nol pada 2060,” tambahnya.

Dalam mencapai target ambisius ini, PLN mengembangkan infrastruktur untuk mendukung integrasi energi terbarukan. Salah satu proyek unggulan adalah pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung yang menggabungkan hidro dan solar PV. “Ini adalah PLTS terapung pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara. Setidaknya ada tujuh PLTS terapung yang sudah direncanakan dalam RUPTL,” ungkap Kamia.

Selain itu, Kamia menjelaskan PLN berupaya mengatasi tantangan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan membangun Green Enabling Super Grid. Super grid ini akan memungkinkan evakuasi energi hijau dari pusat-pusat pembangkit ke pusat permintaan. “Dengan super grid, kami bisa menghubungkan sumber energi terbarukan ke berbagai pulau di Indonesia dan memenuhi kebutuhan energi secara merata,” jelas Kamia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement