Kamis 14 Nov 2024 16:19 WIB

Ini Bukti-Bukti Muslim Tiba di Benua Amerika Sebelum Columbus

Klaim bahwa Columbus orang luar pertama yang tiba di Amerika banyak disangkal.

Ilustrasi pelayaran pelaut Musim.
Foto: Public Domains
Ilustrasi pelayaran pelaut Musim.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Sudah awam dipercayai bahwa banyak pihak dari dunia luar yang telah mencapai Benua Amerika jauh sebelum pelaut Italia Christopher Columbus pada abad ke-15. Sejumlah bukti-bukti belakangan menunjukkan bahwa kedatangan sebelum Columbus itu juga bisa diklaim penjelajah dan ilmuwan Muslim.

Situs Aljazirah Arabia merinci sejumlah bukti-bukti tersebut. Berikut diantaranya. 

Baca Juga

Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Goethe University of Frankfurt pada 2012 bertajuk “The Discovery of the American Continent by Muslim Sailors Before Christopher Columbus”, peneliti Fuat Sezgin menilai hampir ada konsensus di kalangan ilmuwan tentang adanya pelayaran laut ke Dunia Baru yang mendahului Columbus. 

Banyak juga bukti bahwa beberapa pelayaran tersebut tiba di sana pada awal abad ke-15. Namun, pertanyaan mendasar menurut penelitian ini adalah: Siapa yang melakukan hal tersebut pada saat itu?

Dalam jawabannya, Sezgin menyatakan bahwa beberapa sarjana Barat, seperti Armando Cortesao, percaya bahwa pelaut Portugis-lah yang menemukan benua Amerika, namun peneliti lain membantahnya, dengan mengutip bukti bahwa Portugis dan Eropa pada umumnya pada saat itu tidak mempunyai pengalaman yang cukup di bidang navigasi maritim untuk menemukan benua Amerika.

Gavin Menzies, penulis buku 1421: Tahun Cina Menemukan Dunia Baru, yang diterbitkan pada 2002, berpendapat bahwa Cina telah mencapai Amerika sebelum Columbus, namun ia menjelaskan bahwa itu mungkin semua berkat kemampuan para navigator Arab. Ilmuwan Arab-lah yang mampu menentukan garis bujur, mengukur waktu dengan akurat, dan membuat peta, dan selama berabad-abad mereka bolak-balik melintasi Samudera Hindia, yang saat itu merupakan salah satu lautan yang berada di bawah kendali negara Islam Arab.

Selain metode yang mereka temukan untuk menentukan garis bujur di darat, para navigator Muslim juga merancang metode yang sangat canggih untuk mengukur jarak yang ditempuh di laut lepas.

Studi tersebut menunjukkan bahwa peta yang diandalkan orang Eropa dalam perjalanan mereka untuk menemukan Amerika mungkin terinspirasi oleh peta Arab dan Islam, terutama yang dibuat oleh ahli geografi Arab Abu al-Fida, yang menunjukkan negara-negara yang nantinya baru ditemukan oleh orang Eropa tiga abad kemudian.

Studi tersebut menambahkan bahwa abad ke-14 menyaksikan perkembangan luar biasa yang dicapai oleh para ahli geografi Muslim, khususnya dalam ilmu kartografi dan astronomi, dan dalam kemampuan memantau langit secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan dari berbagai wilayah di bumi. Untuk tujuan ini, mereka menciptakan instrumen yang tepat dan observatorium yang sangat baik, yang memungkinkan mereka menghitung derajat bujur dan lintang, menggambar peta permukaan bumi, mengoreksinya, dan memverifikasinya.

Terdapat karya penelitian lain yang mendukung kesimpulan penelitian sebelumnya, antara lain perlakuan terhadap subjek dari perspektif antropologi oleh Leo Weiner dengan judul “Africa and the Discovery of America”, dan ada karya peneliti Ivan Van Sertima yang berjudul “Mereka Datang Sebelum Columbus.”

photo
Peta Piri Reis - (Public Domains)

Meskipun penelitian-penelitian ini sepakat bahwa sebagian besar komunikasi yang terjadi antara penduduk Dunia Lama dan Dunia Baru sebelum Columbus mungkin dilakukan secara acak dan tidak sistematis, mereka juga setuju bahwa penemuan Dunia Baru tidak akan terjadi tanpa keahlian kognitif yang diperlukan di bidang pembuatan kapal, teknik navigasi, informasi yang jelas tentang bumi dan luasnya, serta teknik-teknik canggih di bidang pemetaan, yang pada saat itu hampir merupakan domain eksklusif umat Islam.

Peta dunia pertama dibuat oleh ahli geografi Muslim Arab, atas perintah Khalifah Abbasiyah Al-Ma'mun pada abad ke-9 Masehi. Peta tersebut menggambarkan ciri-ciri bumi, menunjukkan bagian-bagiannya yang dapat dihuni atau dihuni, dan menggambarkan lautan secara terpisah. Para cendekiawan Muslim terus mengembangkannya, terutama Al-Zuhri, Al-Biruni, dan Al-Idrisi yang mengembangkannya dan menuangkannya dalam bentuk yang sekarang dikenal dengan nama “Peta Al-Idrisi”.

Teori Al-Biruni soal keberadaan Benua Amerika

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement