REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lulus Bektiono, Anggota PCM Tebet Barat
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama-sama merenungkan sebuah tema penting dalam Islam, yaitu dakwah bil ihsan wal mauidhah hasanah, atau dakwah dengan cara yang baik, bijaksana, dan penuh keteladanan. Dakwah adalah tugas mulia yang diemban oleh seluruh umat Islam, tidak hanya oleh ulama atau para dai, tetapi juga oleh setiap Muslim sesuai dengan kapasitasnya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, dalam surah An-Nahl ayat 125:
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan pelajaran yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).
Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita berdakwah. Ada tiga prinsip utama dalam dakwah yang terkandung dalam ayat tersebut: hikmah (kebijaksanaan), mauidhah hasanah (nasihat yang baik), dan jadilhum billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang lebih baik).
Pertama, dakwah dengan Hikmah (Bijaksana). Hikmah berarti kebijaksanaan. Dalam berdakwah, kita dituntut untuk bersikap bijaksana. Hal ini berarti kita harus mampu menyesuaikan pesan dakwah dengan kondisi, situasi, dan kemampuan orang yang kita dakwahi. Tidak semua orang bisa menerima dakwah dengan cara yang sama.