REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jaringan Gusdurian atau komunitas pengagum presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menggelar Simposium Beda Setara (Best) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis, untuk memperkuat kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB).
"Kami meyakini ini menjadi salah satu upaya bagaimana isu KBB harus terus dikampanyekan, dibicarakan banyak orang," ujar Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis.
Melalui simposium tersebut, kata Jay, kebebasan beragama dan berkeyakinan diperjuangkan sebagai hak konstitusi yang harus dijamin, tidak sekadar dalam bentuk harmonisasi semata.
Dia berharap, acara tersebut mampu menjadi ruang untuk memperdalam, memperluas, serta memperkuat jaringan gerakan KBB.
Simposium ini menghadirkan tokoh agama, praktisi KBB, dan civitas akademika untuk merumuskan strategi baru serta rekomendasi bagi penguatan gerakan KBB di Indonesia.
"Ada tiga hal yang dilakukan, memperdalam di tingkatan basis, memperluas di tingkatan jejaring, dan memperkuat di level kebijakan," kata dia.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Noorhaidi menyatakan bahwa semangat "Beda Setara" yang digagas Jaringan Gusdurian telah menjadi nilai yang lekat dengan UIN Sunan Kalijaga.
"Ketika gagasan penyelenggaraan ini disampaikan kepada saya, saya langsung menyambut baik dan mendukung 100 persen penyelenggaraan ini, karena 'DNA' UIN Sunan Kalijaga adalah Beda Setara," ujar dia.