REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama timur dalam bahasa Turki Chaghadai berarti ‘besi.’ Adapun lenk bermakna ‘pincang.’ Jenderal militer kelahiran tahun 1336 itu dinamakan Timur i Lenk atau ‘Timur Si Pincang.’ Tidak ada penjelasan yang pasti perihal disabilitas fisik ini. Sebuah sumber menyatakan, kaki kiri lelaki itu memang tidak normal sejak lahir. Ada pula yang menyebut, ia mengalami luka parah pada kakinya saat sedang menggembala ternak ketika masih anak-anak.
Keluarganya berdarah Mongol, tetapi sangat condong secara kultural pada budaya Turki. Timur Lenk lahir di kawasan Transoxiana. Ayahnya, Taragai, mengepalai Suku Barlas, yang masih tergolong bangsa Mongol Muslim. Oleh bapaknya, ia dididik untuk mengenal Alquran dan dasar-dasar agama Islam. Pada masa itu, pribadinya disebutkan ramah dan mudah bersimpati.
Meskipun cerdas, dunia kesarjanaan ternyata kurang menarik perhatiannya. Timur memilih berkarier di ranah militer. Ia pun bergabung dengan pasukan penguasa lokal, Amir Husein. Kemampuannya yang cakap membuatnya cukup mudah menapaki jenjang demi jenjang. Akhirnya, ia menjadi pemimpin tentara yang disegani.
Wilayah Transoxiana menjadi incaran Moghulistan. Sekitar tahun 1360, daerah tersebut akhirnya diserang Tughluq. Timur Lenk yang semula berpihak pada penguasa lokal, berbalik haluan menjadi pendukung raja Moghulistan tersebut. Hal itu terjadi setelah Tughluq berjanji akan mengangkatnya sebagai gubernur Transoxiana sesudah aneksasi usai.
Namun, Tughluq sempat berkhianat dengan menempatkan putranya sendiri, Ilyas Khoja, sebagai penguasa di Transoxiana. Bersama dengan para pendukungnya, Timur Lenk berhasil menghalau balatentara Ilyas Khoja. Pada 1963, Tughluq wafat. Timur Lenk perlahan-lahan naik sebagai penguasa de facto di kawasan tersebut.