REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Dalam Pidato Milad ke-112 Muhammadiyah, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menegaskan, kemakmuran Indonesia tidak boleh hanya dinikmati sekelompok kecil orang. Sementara itu, mayoritas rakyat hidup di bawah garis kemiskinan.
Haedar mengatakan, tema Milad dan Tanwir tahun ini yakni "Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua." Haedar menjelaskan, upaya menghadirkan adalah berada pada suatu keadaan untuk berbuat sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi orang lain.
"Kata hadir dari bahasa Arab mengandung arti maujud, yakni ada dan mengada atau mewujud di dunia nyata. Hadir dalam kaitan hadlarah artinya menghadirkan peradaban, yakni membangun kebudayaan berkemajuan," kata Haedar dalam pidatonya, Senin (18/11/2024)
Ia menerangkan, kata “makmur” atau "kemakmuran" secara leksikal Arab adalah al-rakha, al-izdihar, atau al-yumnu wa al-barakah yakni damai, sejahtera, dan berkah. Makmur dalam bahasa Indonesia artinya banyak hasil, banyak penduduk dan sejahtera, serba kecukupan, tidak kekurangan. Sedangkan “Memakmurkan” ialah “membuat dan menyebabkan menjadikan makmur.”
"Kemakmuran atau keadaan makmur adalah semua harta milik dan kekayaan potensi yang dimiliki negara untuk keperluan seluruh rakyat, keadaan kehidupan negara yang rakyatnya mendapat kebahagiaan jasmani dan rohani akibat terpenuhi kebutuhannya," ujar Haedar.
Ia menyampaikan, kemakmuran suatu negeri merupakan kondisi kehidupan yang tanahnya subur dan penduduknya berkembang pesat, sejahtera, subur, beruntung, dan sukses dalam diri individu dan masyarakat atau bangsanya. Kemakmuran sering kali menghasilkan kekayaan yang berlebih termasuk faktor-faktor lain yang dapat menghasilkan kekayaan yang berlimpah dalam segala tingkatan, seperti kebahagiaan dan kesehatan.
Pandangan lain merujuk pada konsep yang seimbang, bahwa kemakmuran adalah kesejahteraan lahir dan batin, material dan spiritual, sehingga bukan kemajuan fisik, materi, dan ekonomi belaka.