Selasa 19 Nov 2024 04:38 WIB

Turki Putuskan Hubungan dengan Israel Semata Gimik? Ini Kata Pengamat

Ada konsep kepentingan nasional yang dipertimbangkan dalam hubungan Turki-Israel.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: EPA-EFE/Thaier Al-Sudani
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Turki semakin keras kepada Israel dengan menutup ruang udaranya untuk Presiden Israel Isaac Herzog. Terlebih, Erdogan mengatakan, hubungan antar kedua negara sudah berakhir. Kendati demikian, kantor Kedutaan Besar Turki masih buka di Tel Aviv, Israel, menurut laporan Newsweek.

Lantas, benarkah hubungan kedua negara memang benar-benar putus atau semata gimik saja? Pengamat Hubungan Internasional Universitas Moestopo (Beragama), Ryantori mengatakan, dalam konteks hubungan diplomatik, awalnya Turki dan Israel memiliki hubungan diplomatik yang dekat. Keduanya membuka hubungan tersebut hanya setahun setelah Israel memproklamasikan negaranya di 1948.

Baca Juga

"Namun, belakangan hubungan keduanya tidak terlalu baik lagi semenjak politik Turki lebih islamis saat berkuasanya Justice and Development Parti atau Adalet ve Kalkınma Partisi (AK Parti)," ujar Ryantori saat dihubungi Republika, Senin (18/11/2024). 

Dalam konflik Israel-Palestina, lanjut dia, dukungan Erdogan kepada Palestina bukanlah hal baru. Saat World Economic Forum di Davos, Erdogan meninggalkan forum setelah mengecam Presiden Israel Shimon Peres atas serangan Israel ke Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009. 

Pada 31 Mei 2010, saat terjadi insiden Mavi Marmara, yaitu serangan dari angkatan laut Israel terhadap Kapal Turki Mavi Marmara yang membawa relawan kemanusiaan dari seluruh dunia yang akan menyalurkan bantuan ke Gaza, membuat Turki mengusir Duta Besar Israel di Ankara dan menarik duta besarnya di Tel Aviv. 

Dalam konteks perdagangan, menurut dia, pada 2 Mei 2024 lalu, Kementerian Perdagangan Turki juga mengumumkan keputusannya untuk menghentikan perdagangannya dengan Israel menimbang tragedi kemanusiaan yang terus meningkat yang terjadi di jalur Gaza. 

Meski demikian, dia mengungkapkan, dalam hubungan internasional dikenal konsep kepentingan nasional. Turki tentu memiliki kepentingan nasional yang perlu dijaga terlepas dari dukungannya terhadap Palestina. Sebut saja terkait suplai gas, kebutuhan barang impor, pariwisata, dan sebagainya. 

"Itulah jawaban mengapa Turki masih membuka kedubes di Tel Aviv. Tapi sekiranya sikap Israel semakin membatu, bukan tidak mungkin Turki akan menghapus Israel dari daftar negara yang perlu dihargai dalam hubungan internasional," kata  Ryantori. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement