REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL — Di tengah konfrontasi Israel dengan sejumlah negara di Timur Tengah, pemuda Muslim di Mosul Irak justru asyik menegakkan toleransi dan kebersamaan. Mereka memasang salib berwarna merah di atap sebuah gereja di sekitar Mosul, area yang menjadi basis kelompok teroris ISIS.
Suara lonceng menggema. Matahari cerah bercahaya. Teriknya menghangatkan gereja dan orang-orang sekitar sana. Cuaca dan suasana yang biasa. Tapi tidak dengan apa yang dilakukan dua pemuda Muslim di sana.
Dalam sebuah video, tampak keduanya, salah seorang di antara keduanya mengenakan topi bertuliskan “boy” memanjat ke sebuah kubah bangunan gereja. Kemudian lainnya berdiri sambil memegang salib untuk ditancapkan ke dalam atap kubah.
Gereja, tempat dua pemuda memasang salib, bernama qalbul Yasu’ al-Aqdas al Kaldaniyah, atau Hati Yesus yang suci. Bukan bangunan baru. Ini adalah tempat ibadah yang sudah berdiri sejak 1912. Usianya 112 tahun. Jelas ini adalah bangunan bersejarah, saksi jatuh bangun kehidupan beserta kekuasaan di sana.
Pada video berikutnya, tampak empat orang pemuda membersihkan bagian dalam gereja. Mereka membersihkan debu yang ada di dalam sana. Termasuk sebuah area yang tampak lebih tinggi dari lantai di bawahnya, seperti tempat orang spesial yang biasa berada di sana dalam sebuah peribadatan.
Selain itu, ternyata ada puluhan pemuda Muslim lainnya yang ikut terlibat membersihkan area luar dan dalam gereja. Ada yang membawa gerobak dan alat pembersih. Mereka saling bekerja sama memulihkan kondisi gereja tua tersebut agar kembali dapat digunakan untuk menguatkan keimanan umat Kristiani.
Bangunan gereja ini disabotase ISIS saat kelompok biadab itu beraksi. Mereka mengambil paksa dan mengubah tempat suci tersebut menjadi area latihan menembak.