REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usamah bin Zaid adalah salah satu tokoh muda yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam. Ia merupakan putra Zaid bin Haritsah, sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang juga dikenal sebagai anak angkat beliau. Ibunya adalah Ummu Aiman, seorang wanita mulia yang juga menjadi pengasuh Rasulullah ﷺ di masa kecilnya.
Usamah bin Zaid tumbuh dalam lingkungan yang dekat dengan Rasulullah ﷺ. Beliau menyayangi Usamah sebagaimana menyayangi cucu-cucunya, Hasan dan Husain. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah mendudukkan Hasan di atas paha kanannya dan Usamah di atas paha kirinya, kemudian beliau berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah mereka."
Meskipun usianya masih muda, Usamah bin Zaid menunjukkan keberanian yang luar biasa. Saat usianya menginjak 11 tahun, Usamah sudah ikut berjihad dalam perang Khandaq. Setelah itu saat berumur 15 tahun, Rasulullah menunjuk Usamah untuk mendampingi ayahnya, Zaid bin Haritsah dalam perang Mut’ah.
Salah satu momen penting dalam hidupnya adalah ketika Rasulullah ﷺ menunjuknya sebagai panglima pasukan besar untuk memimpin ekspedisi ke wilayah Syam (Romawi Timur) pada bulan Safar tahun 11 Hijriyah untuk menyerang Raja Romawi yang dulu menerima ajakann Rasulullah untuk masuk Islam, Namun ia murtad dan berpaling, saat itu Usamah berusia 20 tahun.
Namun, sayangnya belum pasukan itu berangkat, Rasulullah ﷺ menghembuskan nafas terakhir. Ini membuat keberangkatan pasukan harus ditunda terlebih dahulu. Mereka menunggu pergantian kepemimpinan umat.
Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, para sahabat berdiskusi untuk menggantikan Usamah sebagai panglima perang, karena mengingat usia Usamah masih sangat muda dan masih banyak tokoh senior lainnya. Namun, Abu Bakar menolak saran tersebut dan tetap memberangkatkan pasukan Usamah.