Selasa 19 Nov 2024 12:08 WIB

Debat Terakhir Pilgub Jakarta Menurut Analisis Pengamat

Pramono Anung dinilai meniru gaya Anies Baswedan berdebat.

Suasana pada debat ketiga pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 di Hotel Sultan, Jakarta, Ahad (17/11/2024). Debat terakhir tersebut mengangkat tema Lingkungan Perkotaan dan Perubahan Iklim yang dibagi atas enam subtema, yakni penanganan banjir, penataan pemukiman, penurunan emisi dan polusi udara serta transisi energi terbarukan, pengelolaan sampah, ketersediaan air bersih, kota layak huni dan penataan ruang terbuka hijau.
Foto: Republika/Prayogi
Suasana pada debat ketiga pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 di Hotel Sultan, Jakarta, Ahad (17/11/2024). Debat terakhir tersebut mengangkat tema Lingkungan Perkotaan dan Perubahan Iklim yang dibagi atas enam subtema, yakni penanganan banjir, penataan pemukiman, penurunan emisi dan polusi udara serta transisi energi terbarukan, pengelolaan sampah, ketersediaan air bersih, kota layak huni dan penataan ruang terbuka hijau.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P, Antara

Tiga gelaran debat calon gubernur dan wakil gubernur (cagub-cawagub) Jakarta telah seluruhnya dilakukan. Para pasangan calon (paslon) memiliki waktu hingga akhir pekan ini untuk melakukan kampanye. 

Baca Juga

Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan, sulit untuk menentukan paslon terbaik dalam tiga gelaran debat yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jakarta. Namun, ia menilai, paslon yang paling diuntungkan dari tiga kali debat adalah Pramono Anung-Rano Karno.

"Ya, sebetulnya susah mengatakan siapa yang paling bagus, tapi kalau mau mengatakan secara umum, siapa yang paling banyak mengambil poin dari debat ini? Ya, saya kira pasangan Pramono-Rano Karno, khususnya waktu debat pertama dulu ya," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (18/11/2024).

Menurut dia, pelaksanaan debat yang disiarkan secara nasional itu membuat Pramono-Rano makin dikenal masyarakat. Pasalnya, pasangan itu, khususnya Pramono, selama ini tak terlalu dikenal dibandingkan cagub nomor urut 2 Ridwan Kamil atau RK. 

Ia mengatakan, selama ini banyak orang yang menyangsikan kemampuan Pramono. Namun, usai dilakukan debat, banyak respon positif masyarakat terhadap Pramono.

"Dari situ lah (elektabilitas) mereka terus naik, dan debat-debat buat mereka terus naik," ujar Ray.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menyatakan, debat publik cukup memiliki pengaruh bagi warga untuk menentukan pilihan. Bahkan, bukan tidak mungkin, masyarakat bisa mengubah pilihannya setelah melihat debat publik.

Berdasarkan data survei yang dimilikinya, dalam debat pertama dan kedua, ada sekitar 30-45 persen warga Jakarta menyatakan ikut menyaksikan. Sebanyak 23 persen dari warga yang menonton menyatakan sangat mungkin untuk mengubah pilihan politiknya. Sementara itu, sekitar 53 persen tidak terpengaruh dengan debat.

"Artinya, sedikit banyak debat berpengaruh meski tidak terlampau signifikan," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu.

Ihwal jalannya debat terakhir, Adi menyatakan, terdapat perang argumen antara para paslon, khususnya antara Ridwan Kamil dan Pramono. Kedua calon itu saling menyerang satu sama lain.

"Kubu 3 menyerang kubu satu yang visi misinya penuh imajinasi, terutama ide memindahkan Balai Kota ke Jakarta Utara. RK juga membalas serangan itu, terutama saat mengungkit sikap politik PDIP yang menyerang Anies, meski sekarang dekat dengan Anies," ujar Adi.

Menurut dia, RK dan Pramono sama-sama tampil apik dalam debat terakhir. Keduanya dinilai menguasai persoalan dan memiliki pilihan politik yang bagus.

"Yang membedakan hanya posisi politik masing-masing," kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement