Rabu 20 Nov 2024 15:44 WIB

Rusia-Ukraina Memanas, AS Tutup Kedubes di Kyiv

Rusia menjanjikan balasan setelah Ukraina menyerang menggunakan rudal AS.

Pasukan Ukraina menembak ke arah posisi Rusia di garis depan di wilayah Kharkiv, Ukraina, pada Selasa, 2 Agustus 2022.
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka
Pasukan Ukraina menembak ke arah posisi Rusia di garis depan di wilayah Kharkiv, Ukraina, pada Selasa, 2 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV – Konflik antara Ukraina dan Rusia kian memanas menyusul penggunaan rudal Amerika Serikat (AS) oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia. Kedutaan Besar AS di Kyiv terpaksa ditutup karena menerima informasi mengenai potensi serangan udara besar pada Rabu. 

“Untuk sangat berhati-hati, kedutaan akan ditutup, dan pegawai kedutaan diinstruksikan untuk berlindung di tempat,” kata Departemen Urusan Konsuler Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters, Rabu ini.

Baca Juga

"Kedutaan Besar AS merekomendasikan warga AS bersiap untuk segera berlindung jika ada peringatan udara yang diumumkan.” Peringatan itu muncul sehari setelah Ukraina menggunakan rudal ATACMS AS untuk menyerang wilayah Rusia, memanfaatkan izin yang baru diberikan dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada hari ke-1.000 perang tersebut.

Rusia telah memperingatkan negara-negara Barat selama berbulan-bulan bahwa jika Washington mengizinkan Ukraina menembakkan rudal AS, Inggris, dan Prancis jauh ke Rusia, Moskow akan menganggap para anggota NATO tersebut terlibat langsung dalam perang di Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Oktober bahwa Moskow akan menanggapi serangan Ukraina dengan senjata buatan AS ke wilayah Rusia. Pada Selasa, Putin menurunkan ambang batas serangan nuklir sebagai respons terhadap serangan konvensional yang lebih luas, dengan risiko nuklir yang meningkat di tengah ketegangan tertinggi antara Rusia dan Barat dalam lebih dari setengah abad.

Sementara, Ukraina menggunakan rudal ATACMS AS untuk menyerang wilayah Rusia pada Selasa, memanfaatkan izin yang baru diberikan dari pemerintahan Joe Biden pada hari ke-1.000 perang tersebut.

Rusia mengatakan pasukannya menembak jatuh lima dari enam rudal yang ditembakkan ke fasilitas militer di wilayah Bryansk. Puing-puing salah satu benda menghantam fasilitas tersebut, memicu api yang dapat dipadamkan dengan cepat dan tidak menimbulkan korban atau kerusakan, katanya.

Ukraina mengatakan pihaknya menyerang gudang senjata Rusia sekitar 110 km di wilayah Rusia, sebuah serangan yang menyebabkan ledakan susulan. Militer Ukraina tidak secara terbuka merinci senjata yang digunakan, namun sumber pemerintah Ukraina dan seorang pejabat AS mengonfirmasi bahwa mereka menggunakan ATACMS.

photo
Grafik menunjukkan komponen sistem rudal ATACMS jarak jauh AS. Amerika yang akan digunakan Ukraina untuk melakukan serangan di wilayah Rusia. - (AP Photo)

Seorang pejabat AS mengatakan Rusia mencegat dua dari delapan rudal dan serangan itu terjadi di titik pasokan amunisi. Pekan ini, Biden memberikan persetujuan kepada Ukraina untuk menggunakan ATACMS, rudal jarak jauh yang disuplai Washington, untuk serangan semacam itu di Rusia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan penggunaan ATACMS merupakan sinyal jelas bahwa Barat ingin meningkatkan konflik.

Moskow mengatakan serangan itu menggunakan rudal ATACMS yang dipasok AS di wilayah Rusia, lebih dari 110 km dari Ukraina di wilayah Bryansk.

Moskow mengatakan senjata semacam itu tidak dapat diluncurkan tanpa dukungan operasional langsung AS dan penggunaannya akan membuat Washington menjadi pihak yang terlibat langsung dalam perang tersebut, sehingga memicu pembalasan Rusia.

Serangan-serangan itu terjadi ketika Ukraina menandai perang 1.000 hari, dengan seperlima wilayahnya berada di tangan Rusia dan keraguan mengenai masa depan dukungan Barat ketika Presiden terpilih AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement