REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timnas Indonesia yang sebelumnya tak diperhitungkan, kini menjadi salah satu kuda hitam di Asia. Pada laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Selasa (19/11/2024), Indonesia secara meyakinkan menaklukkan raksasa Asia yang juga langganan Piala Dunia, Arab Saudi 2-0.
Kemenangan itu membuat Indonesia bersaing ketat dengan Australia, China, dan Bahrain untuk merebut satu tiket langsung ke Piala Dunia 2026 mendampingi Jepang yang kokoh di puncak grup C zona Asia.
Di balik kebangkitan Indonesia itu ada sosok Erick yang kini menjadi Ketua Umum Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI). Harus diakui, nama Erick Thohir menjadi fenomena di dunia sepak bola. Pria Indonesia kelahiran 30 Mei 1970 ini mampu menyulap tim yang sedang terpuruk menjadi kekuatan baru sepak bola.
Kesuksesan Erick ini pun jadi buah bibir di Italia. Publik Italia jadi mengingat kembali Kesuksesan Erick mendorong transformasi di Inter Milan. Berkat Erick, Inter mampu bangkit. Dari tim yang terancam bangkrut, menjadi primadona di Eropa. Tak hanya bangkit di atas lapangan, performa finansial Inter pun meroket di era Erick.
Saat pertama kali datang, Erick dihadapkan utang klub yang mencapai 250 juta euro (sekitar 4,1 triliun) per 2013. Hanya dalam tempo 3 tahun, utang itu mampu dipotong hanya tinggal setengahnya, atau sekitar 160 juta euro (sekitar Rp 2,6 triliun).
Kini selepas Erick, pengusaha China Steven Zhang memegang kendali Inter. Di tangan Zhang, prestasi Erick 'gagal' diteruskan. Utang Inter pun kembali meroket hingga mencapai 395 juta euro (sekitar Rp 6,6 triliun).
Kondisi ini membuat media Italia kembali membahas nama Erick dan kesuksesannya menghidupkan kembali tim yang sedang 'sekarat'. Lantas akankah Erick kembali ke Serie A? Atau justru Erick lebih memilih untuk mewujudkan mimpinya memimpin sepak bola Indonesia dalam menembus Piala Dunia?
Target Piala Dunia 2026 dan titik balik Tragedi Kanjuruhan
Di bawah Erick Timnas Indonesia kini begitu dicintai rakyat Indonesia. Dilansir dari wawancara eksklusif wartawan Corriere dello Sport, Pietro Guadagno, Erick menyebut Deman sepak bola di Tanah Air saat ini luar biasa. Mantan presiden Inter Milan ini juga mengungkapkan titik balik semua ini adalah tragedi Kanjuruhan.
"Akan luar biasa. Selama beberapa bulan terakhir, demam sepak bola di sini tidak pernah ada yang lebih tinggi. Saya pikir sudah jelas bagi semua orang betapa kerasnya Federasi bekerja untuk melaksanakan program yang efektif dan solid," ujarnya.
Erick menambahkan, Kami memiliki pertandingan yang tiketnya terjual habis secara berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sponsor dari semua sektor sangat antusias untuk berkolaborasi, dan pendapatan hak siar TV diperkirakan akan meningkat dua kali lipat. Tim nasional telah menarik perhatian seluruh negara.
Erick bicara titik awal kebangkitan sepak bola Indonesia dengan mengatakan, "Indonesia adalah raksasa yang tertidur dengan potensi yang sangat besar. Namun, dulu sepak bola di sini tidak dikelola dengan baik—dengan profesionalisme dan transparansi."
"Titik balik terjadi setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan pada tahun 2022 (yang mengakibatkan 135 korban jiwa). Saat itu, saya diminta menjadi presiden Federasi. Setelah ditunjuk, saya bekerja keras untuk melakukan transformasi," kata Erick.
Kami ingin membangun fondasi dan harapan, lanjutnya. Untuk pertama kalinya, tim Indonesia U-17, U-20, dan U-23 berpeluang lolos ke Piala Dunia. Rencananya dimulai dengan menjuarai kejuaraan Asia Tenggara, lalu melaju ke Olimpiade, dan terakhir Piala Dunia.
Untuk menembus 16 Besar Asia, kami memerlukan waktu. Namun saya yakin, jika kami terus seperti ini, kami bisa mencapai top 9 di Asia. Saya juga mempunyai visi jangka panjang: pada tahun 2045, atau dalam 20 tahun, saya menargetkan Indonesia dapat menjadi 15 besar tim terbaik di dunia.