Kamis 21 Nov 2024 19:32 WIB

Australia dan Turki Berebut Posisi Tuan Rumah COP31

Peran tuan rumah di Pertemuan Perubahan Iklim PBB sangat penting.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Suasana pembukaan Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29, Senin (11/11/2024), di Baku, Azerbaijan.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Suasana pembukaan Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29, Senin (11/11/2024), di Baku, Azerbaijan.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Australia dan Turki memperebutkan posisi tuan rumah Pertemuan Perubahan Iklim PBB tahun 2026 (COP31). Kedua negara itu sudah berjuang untuk menjadi tuan rumah pertemuan perubahan iklim sejak tahun 2022.

Namun, isu itu kembali menjadi perdebatan menjelang berakhirnya COP29 di Baku, Azerbaijan pekan ini. Kementerian Iklim Australia mengatakan Menteri Iklim Australia Chris Bowen melakukan kunjungan ke Turki dengan harapan dapat mencapai kesepakatan. Namun pemerintah Turki menolak mundur dari perebutan posisi tuan rumah tersebut.

Peran tuan rumah di Pertemuan Perubahan Iklim PBB sangat penting karena dapat menentukan fase terakhir negosiasi. Selain itu dapat meningkatkan prestise diplomatik dan mempromosikan industri ramah lingkungannya ke seluruh dunia.

COP perubahan iklim merupakan panggung utama perundingan iklim sepanjang tahun. hampir 200 negara berkumpul untuk merundingkan rencana bersama dan pendanaan untuk menghindari dampak terburuk pemanasan global.

Setiap negara memiliki peluang menjadi tuan rumah COP perubahan iklim sebagai anggota salah satu dari lima kelompok regional yang bergiliran menjadi tuan rumah. Sistem ini memicu kritik karena produsen bahan fosil termasuk Uni Emirat Arab pernah menjadi tuan rumah.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran dari para aktivis, apakah negara-negara yang memiliki industri bahan bakar fosil dapat menjadi penengah yang jujur di perundingan perubahan iklim.

Wakil menteri lingkungan hidup Turki Fatma Varank mengatakan lokasi Turki di Mediterania akan membantu mengurangi emisi dari penerbangan yang membawa para delegasi ke konferensi. Ia juga menegaskan industri minyak dan gas Turki lebih kecil dibandingkan dengan Australia. Sementara Australia merupakan salah satu eksportir bahan bakar fosil terbesar di dunia.

“Kami tidak menyangkal fakta kami secara tradisional menjadi pengekspor bahan bakar fosil, tetapi kami berada di tengah-tengah transisi untuk beralih ke ekspor energi terbarukan, kami memiliki cerita untuk disampaikan,” kata Bown di COP29.

Ia menjelaskan Australia mengajukan tema ‘COP Pasifik’ untuk mengangkat isu-isu yang mempengaruhi negara-negara kepulauan yang rentan di kawasan Pasifik. Turki yang memiliki industri minyak dan gas kecil, mendapatkan sekitar 80 persen energinya dari bahan bakar fosil dan merupakan produsen listrik tenaga batu bara terbesar kedua di Eropa pada tahun 2023.

Turki menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah perundingan COP26 pada tahun 2021, namun kemudian menarik tawarannya, sehingga Inggris dapat memimpin pertemuan tersebut. Varank mengatakan Turki enggan untuk kembali mundur.

Siapapun yang menang akan membutuhkan dukungan suara bulat dari 28 negara dalam kelompok regional Eropa Barat dan wilayah lainnya di PBB. Tidak ada tenggat waktu yang pasti, meskipun tuan rumah sering dikonfirmasi bertahun-tahun sebelumnya untuk memberi mereka waktu untuk mempersiapkan diri.

Anggota kelompok regional Eropa Barat dan wilayah lainnya, termasuk Jerman, Kanada, dan Inggris secara terbuka mendukung Australia. Para pemimpin Pasifik mendukung Australia dengan syarat Australia harus mengangkat isu-isu iklim yang mereka derita seperti erosi pantai dan naiknya permukaan air laut.

Menteri Iklim Fiji, Sivendra Michael, mengatakan negaranya mendukung Australia. “Namun kami juga mengingatkan mereka dengan hati-hati akan upaya-upaya nasional yang harus mereka lakukan untuk beralih dari bahan bakar fosil,” ujar Michael.

Turki menolak untuk mengatakan anggota kelompok regional mana yang telah menawarkan dukungan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement