REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief menegaskan pentingnya pemahaman dan implementasi Risalah Islam Berkemajuan sebagai narasi besar bagi seluruh anggota persyarikatan Muhammadiyah, termasuk pemuda dalam membangun bangsa.
"Sejak muktamar yang diselenggarakan di Surakarta pada tahun 2022, PP Muhammadiyah sudah mengusung satu narasi besar melalui dokumen yang disebut dengan Risalah Islam Berkemajuan. Tentu ini menjadi rujukan bagi seluruh jajaran, aktivis, dan pegiat perserikatan Muhammadiyah," kata Hilman saat membuka acara Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah di Jakarta, Kamis.
Risalah ini, menurut Hilman, sudah dirumuskan lebih dari 100 tahun lalu dan kini menjadi pegangan bagi seluruh aktivis dan pegiat perserikatan Muhammadiyah dalam menjalankan dakwah dan gerakan Islam.
Hilman menjelaskan bahwa Risalah Islam Berkemajuan merumuskan empat poin utama yang harus diterapkan oleh seluruh elemen Muhammadiyah. Pertama, Islam sebagai gerakan dakwah.
"Muhammadiyah adalah gerakan dakwah lil alamin, yang berarti prinsip-prinsip keislaman dalam perserikatan ini harus menjadi pegangan bagi setiap organisasi, termasuk Pemuda Muhammadiyah," ujarnya.
Menurutnya, dakwah bagi Muhammadiyah dapat diterjemahkan dalam berbagai aspek, seperti peran serta perempuan yang lebih aktif di bawah PP Aisyiyah, serta dakwah di kalangan pelajar dan mahasiswa melalui Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Kedua, Islam sebagai gerakan tajdid atau pembaruan. Muhammadiyah, kata Hilman, lahir dari semangat pembaruan yang terus mencari solusi atas tantangan zaman.
"Pemuda Muhammadiyah diharapkan bisa memberikan gagasan-gagasan baru yang mendukung percepatan pembangunan Indonesia," kata dia.
Ketiga, Islam sebagai gerakan ilmu. Ilmu pengetahuan, menurut Hilman, adalah dasar untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Muhammadiyah dengan ribuan sekolah dan ratusan perguruan tinggi yang dimilikinya, telah membangun fondasi pendidikan yang kuat sebagai langkah untuk membangun sumber daya manusia yang unggul.
Keempat, Islam sebagai gerakan amal. Hilman mengingatkan kembali pada sosok Kyai Haji Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai man of action.
"Kyai Dahlan tidak banyak berbicara, tetapi banyak bertindak. Ia membangun rumah sakit, Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), dan fasilitas lainnya untuk membantu masyarakat," ujarnya.
Ia menekankan bahwa kesalehan individu saja tidak cukup, tetapi harus diwujudkan dalam gerakan aksi kolektif. Melalui risalah ini, Muhammadiyah berharap para pemuda dapat memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut untuk membangun Indonesia yang lebih maju dan berkeadilan.
"Pemuda Muhammadiyah harus menjadi pelopor dalam gerakan kolektif ini," kata Hilman.