REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH --Dilansir dari Youm7, sejarah mencatat 27 Januari 661 Masehi silam sebagai waktu kelam di mana Ali bin Abi Thalib meninggal dunia setelah ditikam seorang khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam. Peristiwa ini bertepatan dengan tahun ke-40 Hijriyah.
Dalam kitab 'Bidayah wa Nihayah' karya Al Hafiz ibnu Katsir dijelaskan, perpecahan sedang terjadi kala itu, pasukan Muslimin sedang lengah, ditambah munculnya orang-orang yang enggan untuk mematuhi Amirul Mukminin atau Ali bin Abi Thalib kala itu.
Fitnah besar terjadi, dengan sebagian besar orang Syam berpendapat bahwa kepemimpinan harusnya diberikan kepada Muawiyyah. Padahal Ali adalah orang terbaik di kalangan umat Muslim saat itu, yang paling taat kepada Allah SWT hingga yang paling berilmu.
Hingga tiba suatu saat, tiga orang khawarij membuat rencana untuk membunuh tiga tokoh utama yang saling berkonflik, yaitu Ali, Muawiyyah dan Amr bin Ash. Lalu pembunuh Ali disepakati adalah Abdurrahman bin Muljam atau Ibnu Muljam.
Saat waktu pembunuhan yang direncanakan tiba pada suatu shubuh, ibnu Muljam menghunuskan pedangnya kepada Ali yanh saat tengah berjalan menuju masjid untuk sholat.
Darah mengucur dari kepala Ali akibat tebasan ibnu Muljam hingga dikisahkan membasahi jenggot Ali. Sang menantu Rasulullah SAW wafat dua hari setelah kejadian dan dimakamkan di Kota Najaf, dekat Kota Kufah. Peristiwa yang menandakan berakhirnya masa Khalifah Rasyidah dalam Islam.
Jauh sebelumnya wafatnya Ali, Rasulullah SAW diriwayatkan pernah memprediksi kejadian yang akhirnya menimpa Ali tersebut. Dalam sebuah riwayat yang dinukilkan di Musnad Ahmad disebutkan, Nabi Muhammad SAWbersabda kepada Ali RA yang artinya:
ألا أحدثكما بأشقى الناس رجلين؟ " قلنا: بلى يا رسول الله، قال: " أحيمر ثمود الذي عقر الناقة، والذي يضربك يا علي على هذه، يعني قرنه، حتى تبل منه هذه، يعني لحيته
“Maukah kalian berdua aku beritahu dua orang yang paling celaka? Kami katakan, “Iya wahai Rasulullah.” Rasulullah menjawab, “Orang yang paling binasa dari umat terdahulu adalah para penyembelih unta (dari kaum Nabi Shalih). Dan, manusia yang paling celaka dari umat ini (umat Islam) adalah yang membunuhmu, wahai Ali, di bagian ini (yaitu bagian kepala) hingga jenggotnya basah karena darah (yang mengalir darinya)."
Setelah mengucapkan perkataan tersebut, Nabi Muhammad SAW lalu menunjuk kening Ali. Hal itu karena di sanalah titik pedang pembunuhnya nanti akan menancap.
Al-Baihaqi juga meriwayatkan bahwa Ali juga mengatakan bahwa janggutnya akan diwarnai oleh darah yang mengalir dari kepalanya.