Jumat 22 Nov 2024 18:23 WIB

Menyongsong 2025: Peluang dan Tantangan Ekonomi Syariah RI di Tengah Risiko Global

Ekonomi syariah dapat menjadi kekuatan baru perekonomian Indonesia

Jamaah berbuka puasa bersama di halaman Masjid Al-Hakim, Padang, Sumatera Barat, Kamis (15/4/2021). Masjid Al-Hakim merupakan ikon wisata halal di kota itu.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Jamaah berbuka puasa bersama di halaman Masjid Al-Hakim, Padang, Sumatera Barat, Kamis (15/4/2021). Masjid Al-Hakim merupakan ikon wisata halal di kota itu.

Oleh : Jaharuddin, Pengamat Ekonomi Syariah/Dosen FEB UMJ

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2025 diperkirakan menjadi periode penuh dinamika bagi perekonomian global. Berbagai tantangan seperti konflik geopolitik, volatilitas harga energi, hingga tekanan fiskal di banyak negara menjadi faktor yang dapat memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia.

Konflik Timur Tengah antara Israel dan Iran, yang mengancam Selat Hormuz sebagai jalur vital bagi 20 persen pasokan minyak dunia, menjadi salah satu risiko utama yang perlu diwaspadai. Di sisi lain, perlambatan ekonomi di Eropa, kontraksi manufaktur global, dan fluktuasi harga pangan serta energi semakin memperumit situasi. Meski begitu, Indonesia memiliki peluang besar untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang diproyeksikan berada pada kisaran 5,0-5,2 persen  pada 2024 dan 5,1-5,2 persen pada 2025 (proyeksi Kementerian Keuangan dan IMF).

Proyeksi ini menunjukkan optimisme pertumbuhan yang stabil, meskipun terdapat tantangan eksternal seperti fluktuasi harga minyak global yang diperkirakan mencapai 80 dolar AS per barel pada 2024 dan 82 dolar AS per barel pada 2025. Selain itu, lifting minyak dan gas diproyeksikan mengalami sedikit penurunan pada 2025, dari 985 ribu barel/hari (2024) menjadi 605 ribu barel/hari untuk minyak, dan dari 1.003 juta barel setara minyak menjadi 1.005 juta barel setara minyak untuk gas. Hal ini menunjukkan perlunya diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya fosil.

Dari sisi nilai tukar, Rupiah diperkirakan stabil di kisaran Rp15.000/dolar AS pada 2024 dan Rp15.200/dolar AS pada 2025, yang mencerminkan fundamental ekonomi yang cukup baik meskipun menghadapi tekanan global. Yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun juga diproyeksikan turun dari 6,7 persen pada 2024 menjadi 6,5 persen pada 2025, mencerminkan ekspektasi stabilitas fiskal dan inflasi yang terkendali.

Proyeksi inflasi untuk 2025 berada di angka 2,8 persen, turun dari estimasi 3,0 persen pada 2024, mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga, meskipun ada rencana kenaikan PPN menjadi 12persen. Namun, inflasi yang rendah perlu diimbangi dengan kebijakan yang mendukung daya beli masyarakat, mengingat kelas menengah di Indonesia mengalami penyusutan sebesar 4 persen sejak pandemi.

Dalam konteks kawasan Asia, Indonesia berada dalam posisi kompetitif dengan proyeksi pertumbuhan yang sejajar dengan Filipina dan Vietnam, yang masing-masing diproyeksikan tumbuh sebesar 5,5 persen dan 6,2 persen pada 2025 (Asian Development Bank). Hal ini menunjukkan potensi besar untuk menarik investasi asing, terutama di sektor-sektor strategis seperti manufaktur, energi terbarukan, dan infrastruktur.

Namun, tantangan tetap ada, seperti angka PHK yang tinggi di sektor tekstil dan garmen, serta rencana pengalihan subsidi energi yang memengaruhi daya beli masyarakat. Kebijakan pengalihan subsidi, meskipun penting untuk efisiensi fiskal, harus diimbangi dengan mekanisme kompensasi yang tepat agar tidak memperburuk ketimpangan sosial.

Dari perspektif perdagangan, Indonesia terus menunjukkan kinerja surplus selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Pada September 2024, ekspor mencapai 22,081,7 miliar USD, sementara impor berada di angka 18,824,7 miliar USD, menghasilkan surplus sebesar 3,257 miliar USD. Stabilitas ini perlu dimanfaatkan untuk memperkuat daya saing ekspor melalui hilirisasi industri dan diversifikasi produk.

Untuk memastikan target pertumbuhan ekonomi 2025 tercapai, pemerintah perlu fokus pada kebijakan yang mendukung produktivitas tenaga kerja, meningkatkan daya saing ekspor, dan mendorong investasi di sektor-sektor strategis. Selain itu, stabilitas fiskal perlu dijaga dengan mengoptimalkan penerimaan pajak tanpa mengorbankan konsumsi domestik sebagai motor utama perekonomian.

Tahun 2025 memang tidak akan mudah, namun dengan strategi yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh lebih tangguh. Stabilitas makroekonomi, ditambah dengan kebijakan fiskal yang inklusif dan berkelanjutan, akan menjadi kunci bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan global sekaligus memanfaatkan peluang ekonomi di masa depan.

Peluang Ekonomi Syariah 2025

Ekonomi syariah telah berkembang menjadi salah satu sektor strategis yang mampu berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan populasi Muslim besar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai pilar utama pembangunan nasional. Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025 menjadi arah strategis yang mempertegas peluang ini, termasuk pada pasar modal syariah, keuangan sosial Islam, industri halal, pariwisata halal, dan bisnis syariah.

1. Perbankan Syariah

Industri perbankan syariah, sebagai inti dari ekosistem ekonomi syariah, telah mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Meskipun pangsa ini masih relatif kecil dibandingkan perbankan konvensional, momentum pertumbuhan sektor ini terus meningkat. Dengan strategi seperti penguatan identitas perbankan syariah dan integrasi dengan sektor riil berbasis syariah, sektor ini memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Peluang ekonomi syariah juga meluas ke sektor mikro melalui pengembangan Bank Wakaf Mikro (BWM), terutama di sekitar pesantren. Skema pembiayaan tanpa agunan ini telah membuktikan efektivitasnya dalam memberdayakan ekonomi lapisan bawah. Pada 2025, dengan peningkatan jumlah BWM dan cakupan layanan, ekonomi mikro berbasis syariah dapat menjadi pendorong inklusi keuangan yang lebih luas, mendukung pertumbuhan masyarakat ekonomi kecil dan menengah.

Di sisi lain, digitalisasi menjadi kunci pengembangan ekonomi syariah di masa depan. Infrastruktur teknologi informasi yang semakin maju memungkinkan layanan keuangan syariah menjangkau masyarakat yang sebelumnya tidak terakses layanan keuangan formal. Pengembangan platform digital berbasis syariah membuka peluang untuk integrasi dengan sektor ekonomi digital yang berkembang pesat di Indonesia, seperti e-commerce dan fintech.

2. Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah di Indonesia telah tumbuh secara signifikan, mencatatkan total kapitalisasi saham syariah yang terus meningkat setiap tahun. Sejak 2023, lebih dari 60% saham di Bursa Efek Indonesia telah memenuhi kriteria syariah. Pasar modal syariah memberikan peluang besar bagi investasi berbasis etika, yang tidak hanya menarik investor domestik tetapi juga dari negara-negara Timur Tengah. Instrumen seperti sukuk korporasi dan sukuk ritel, serta green sukuk, yang merupakan penerbit paling besar di dunia, juga menjadi alternatif pembiayaan yang menarik, baik untuk sektor pemerintah maupun swasta. Pada 2025, dengan peningkatan literasi pasar modal syariah, sektor ini memiliki potensi untuk menjadi penggerak investasi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

3. Pengembangan Keuangan Sosial Islam

Keuangan sosial Islam seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi. Total potensi zakat di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 327,6 triliun, tetapi realisasi pengumpulan masih jauh dari angka tersebut. Potensi Wakaf Rp 170 triliun sangat menjanjikan, pengembangan wakaf produktif, melalui skema seperti wakaf saham dan wakaf properti, green wakaf, menawarkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pada 2025, integrasi antara lembaga keuangan syariah dan pengelolaan dana sosial Islam dapat memberikan dampak signifikan pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup.

Perbaikan kelembagaan wakaf melalui revisi Undang Undang wakaf, menjadi isu sentral mengerakkan sektor wakaf Indonesia, positioning kelembagaan wakaf perlu di perkuat, anggaran operasional lembaga wakaf melalui dari APBN/APBD, imbalan hasil investasi wakaf ditingkatkan menjadi 20 persen, sertifikasi nazir bertingkat musti dilakukan, literasi wakaf terhadap generasi alpha musti dilakukan, semakin banyak generasi terbaik menjadi nazir, publikasi masif dan terencana keberhasilan wakaf akan membantu bersama sama zakat dan keuangan sosial islam lainnya, berpadu menjadi solusi sistem keuangan berkelanjutan, bagian dari Pembangunan berkelanjutan PBB.

4. Industri Halal

Industri halal Indonesia memiliki potensi besar untuk mendominasi pasar global. Sebagai salah satu konsumen produk halal terbesar di dunia, Indonesia kini berupaya untuk menjadi produsen utama, terutama di sektor makanan dan minuman, kosmetik, dan farmasi. Dengan integrasi antara perbankan syariah dan industri halal, pembiayaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dapat dioptimalkan. Selain itu, penguatan sertifikasi halal yang diakui secara internasional akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.

5. Pariwisata Halal

Pariwisata halal merupakan salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan tercepat di dunia. Indonesia, dengan kekayaan budaya dan alamnya, memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi utama wisata halal global. Pada 2025, dengan penguatan infrastruktur, peningkatan layanan berbasis syariah, dan promosi yang terarah, sektor ini dapat berkontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa. Destinasi seperti Lombok, Sumatra Barat, dan Aceh sudah dikenal sebagai kawasan wisata halal unggulan, perlu diperluas ke destinasi lainnya.

6. Bisnis Syariah

Pertumbuhan bisnis syariah juga menjadi peluang besar, mulai dari sektor perhotelan, pendidikan, hingga layanan kesehatan berbasis syariah. Tren gaya hidup halal semakin menarik perhatian konsumen, tidak hanya dari kalangan Muslim tetapi juga non-Muslim yang mengedepankan aspek etika dan keberlanjutan. Pada 2025, dengan dukungan kebijakan yang pro-syariah, bisnis berbasis syariah dapat berkembang lebih luas dan memberikan dampak ekonomi yang signifikan.

Tahun 2025 menghadirkan tantangan dan peluang besar bagi perekonomian Indonesia. Dalam menghadapi tantangan global seperti konflik geopolitik, fluktuasi harga energi, dan tekanan fiskal, ekonomi syariah muncul sebagai solusi strategis yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara inklusif dan berkeadilan.

Dengan memanfaatkan potensi bank syariah, pasar modal syariah, keuangan sosial Islam, industri halal, pariwisata halal, dan bisnis berbasis syariah, Indonesia dapat memperluas peran ekonomi syariah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat diperlukan untuk mewujudkan visi ini, menjadikan ekonomi syariah sebagai pilar utama pembangunan yang tidak hanya relevan di tingkat domestik tetapi juga kompetitif di tingkat global. Dengan strategi yang tepat dan pelaksanaan yang konsisten, ekonomi syariah dapat menjadi kekuatan baru yang membawa Indonesia menuju masa depan ekonomi yang lebih cerah dan berkeadilan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement