REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Industri perbankan syariah masih perlu ditingkatkan karena perkembangannya terbilang belum begitu optimal, padahal potensinya begitu besar. Salah satu tantangan besar dari kurang optimalnya industri tersebut adalah tidak sinkronnya perbankan syariah dengan industri halal.
“Tantangan perbankan syariah ada di diskonektivitas antara industri halal dan perbankan syariah,” kata Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat dalam agenda BCA Syariah Media Workshop 2024 bertajuk ‘Cakap Keuangan Syariah, Hidup Kian Berkah’ yang diadakan di Bogor, Jawa Barat, Jumat (22/11/2024).
Emir mencontohkan, perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk-produk halal seperti Bio Farma, Paragon, dan Indofood. Namun, dalam pengembangan industri tersebut belum terkoneksi maksimal dengan perbankan syariah.
“Perusahaan-perusahaan in ikan sudah (menghasilkan) produk halal, ini belum pakai perbankan syariah. Belum memenuhi ekspektasi mereka atau kurang pendekatan, ini yang harus didorong gimana mendorong agar industri halal ini didanai oleh syariah,” tuturnya.
Menurut hematnya, diantara hal yang menyebabkan kondisi itu karena masih minimnya literasi keuangan syariah di Indonesia. Hingga saat ini, data menunjukkan tingkat literasi ekonomi syariah baru berada di angka 28 persen dan literasi keuangan syariah baru di angka 39 persen.