REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rohaniawan Katolik yang juga profesor filsafat Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakara, Franz Magnis Suseno menyalahkan Amerika Serikat atas pembangunan permukiman-permukiman yang dilakukan Israel di wilayah Palestina. Seharusnya, kata dia, Amerika melarang keras tindakan Israel tersebut.
"Di situ saya maaf juga mempersalahkan Amerika Serikat. Amerika Serikat sebagai pendukung utama Israel harusnya melarang dengan keras membangun permukiman-permukiman itu," ujar Romo Magnis diskusi panel "Humanitarian Islam dan Pendekatan Agama terhadap Perdamaian di Timur Tengah" yang digelar di Kantir PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (22/11/2024).
Dia menjelaskan, di Tebi Barat Palestina dihuni oleh sekitar tiga juta orang. Sekarang permukiman-permukiman itu berada di tempat strategis dan dihuni sekitar 600 ribu orang Israel.
"Itu cukup banyak. Dan itu orang yang garis keras. Jadi, kalaupun misalnya Israel mengatakan, oke, two state solution, apa mereka mau menjadi warga negara damai Palestina itu?," ucap dia.
Menurut Romo Magnis, hal itu membuat situasi sangat sulit dan ada yang memperkirakan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sebetulnya mau meneruskan permukiman dengan tujuan untuk mengusir orang Palestina.
"Saya berpendapat penting eksistensi Israel harus diterima dan saya anggap penting juga serangan Hamas itu dikutuk," kata Romo Magnis.
"Tetapi itu tidak menjadi alasan Netanyahu dan Israel di bawah pimpinan Netanyahu untuk membabi buta terhadap orang-orang Palestina yang ada di situ," jelas dia.
Dia menambahkan, Vatikan sendiri selalu mendukung //two states solution// dan status internasional Yerusalem sebagai kota yang suci. Namun, menurut dia, untuk mewujudkan itu tidak mudah.
"Dan tidak juga mudah memberi nasihat kepada pemerintah Indonesia, kamu harus bikin ini, begitu, tidak ada itu. Bapak nanti pasti mengetahuinya, bahwa masalahnya tidak mudah," kata Romo Magnis.