Sabtu 23 Nov 2024 22:02 WIB

Keragaman di Kota Makkah

Kota Makkah memiliki karakteristik unik.

Pemandangan kota Makkah terlihat dari Jabal Nur, Makkah, Senin (24/6/2024) menjelang Subuh. Jabal Nur menjadi tempat diturunkannya ayat pertama dalam Alquran. Ada lima ayat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Lima ayat dalam surat Al Alaq itu turun di Gua Hira, yang terletak di puncak Jabal Nur.
Foto: Republika/Muhyiddin
Pemandangan kota Makkah terlihat dari Jabal Nur, Makkah, Senin (24/6/2024) menjelang Subuh. Jabal Nur menjadi tempat diturunkannya ayat pertama dalam Alquran. Ada lima ayat yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Lima ayat dalam surat Al Alaq itu turun di Gua Hira, yang terletak di puncak Jabal Nur.

REPUBLIKA.CO.ID,TAIF -- Dekan Institut Bahasa Arab untuk Non-Native Speakers, Dr. Hassan Bukhari, mengatakan Makkah memiliki karakteristik unik yang menjadikannya model koeksistensi yang unik, sekaligus untuk konvergensi peradaban dari seluruh dunia.

Makkah dinilai telah menjadi inkubator budaya, karena para peziarah dari seluruh dunia datang untuk beribadah di Masjidil Haram sepanjang tahun. Kehadiran mereka membawa sekaligus berbagi pengetahuan budaya, sosial dan ekonomi dengan penduduk sekitar.

Baca Juga

Ia percaya, para peziarah terikat secara emosional dengan Kerajaan Saudi dan menunjukkan antusiasme yang besar untuk belajar bahasa Arab, tidak hanya untuk berkomunikasi tetapi juga untuk memahami bahasa tersebut. Orang-orang Makkah sebagai gantinya, berusaha keras untuk mempelajari bahasa tamu mereka.

Dilansir di Arab News, ia menyebut seringkali orang asing yang tinggal di Makkah untuk tujuan ekonomi, terkadang menikah dengan warga setempat lantas berkontribusi dalam mengembangkan dan memperkaya tatanan budaya dan sosial masyarakat Arab.

Kepala Departemen Penelitian dan Urusan Media di Institut Penelitian Haji dan Umrah, Dr. Othman bin Bakr Qazzaz, mengatakan orang-orang Makkah sudah terbiasa dengan kehadiran jamaah dan pengunjung selama musim umrah, yang berlangsung sepanjang tahun.

Dia menyebut kehadiran para tamu Allah yang intensif, yang datang dalam jumlah jutaan ke Makkah dan Madinah, menyebabkan interaksi yang luas, baik dari sisi komunikasi dan budaya dengan masyarakat Makkah, terutama penyedia layanan.

“Masyarakat Makkah mencapai keragaman budaya ini dengan membuka pikiran dan hati untuk menerima dan menerima budaya baru ini, yang telah mendorong masyarakat menuju kemakmuran," kata dia.

Qazzaz mengatakan, pintu gerbang pengaruh ini adalah melalui bahasa yang digunakan orang Makkah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan para peziarah dan pengunjung.

Mereka kebanyakan mengambil bahasa melalui sarana ekonomi, seperti banyaknya toko di sekitar Masjidil Haram, alat angkut, atau dengan memberikan layanan kepada para peziarah di Masjidil Haram. Oleh karena itu, seseorang dari Makkah biasanya mengetahui banyak bahasa atau bahkan berbagai dialek bahasa Arab.

Sejak orang-orang dari seluruh dunia datang ke Makkah dan Madinah untuk haji dan umrah, Arab Saudi tidak hanya melatih orang-orangnya dalam banyak bahasa untuk memfasilitasi para peziarah, tetapi juga memasang tanda dan rambu dalam berbagai bahasa di dua Kota Suci.

Penerjemah biasanya menafsirkan fatwa, memberikan bimbingan, menjawab pertanyaan, pidato dari hari Arafah selama haji, cuplikan dari biografi Nabi Muhammad dan Alquran.

Pertukaran budaya antara penduduk Mekkah dan para tamu Allah ini berkontribusi dalam menjaga dampak positif dan citra orang Makkah di benak para tamu Allah, sebagaimana orang Makkah menerima mereka dengan baik karena mereka ramah dan penyayang terhadap tamu Allah. Selain itu, masyarakat Makkah juga menawarkan komoditas dan layanan kepada jamaah dalam suasana ketenangan dan sentimen spiritual yang mulia.

Visi Kerajaan 2030 bertujuan untuk menerima 30 juta pengunjung pada 2030. Oleh karena itu, Qazzaz percaya para tamu Allah harus diberikan pengalaman terbaik melalui transformasi digital. Dia mengatakan, generasi saat ini harus mendaftarkan diri di lembaga khusus untuk belajar lebih banyak bahasa.

Untuk mencapai tujuan program Quality of Life dan tujuan program Layanan Tamu Allah, ia menilai semua layanan harus berkualitas tinggi, termasuk bahasa, yang merupakan media komunikasi utama dengan para peziarah dan pengunjung. "Hal itu akan memberi mereka kenyamanan dan kegembiraan, sekaligus memfasilitasi mereka melakukan ritual dengan suasana yang tenang," ujarnya.  

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement