REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) RI berencana menyusun kurikulum masjid untuk meningkatkan kualitas layanan keagamaan. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kamaruddin Amin menyebut, langkah ini penting untuk memperdalam pengetahuan keagamaan masyarakat, khususnya umat Islam.
“Kita perlu membuat kurikulum kegiatan di masjid. Misalnya, ceramah setelah sholat Dzuhur dengan tema tertentu. Kurikulum ini dapat digunakan oleh penyuluh dan dai,” ujar Kamaruddin dalam siaran pers Kemenag RI, Sabtu (23/11/2024).
Menurut Kamaruddin, beberapa masjid sudah menerapkan kurikulum serupa, tetapi hasilnya beragam karena belum ada konsep standar. “Sebagai alternatif, kita harus menyiapkan kurikulum ini dengan baik,” ucap dia.
Dia juga menekankan pentingnya asesmen terhadap jamaah yang mengikuti kurikulum tersebut. “Selama satu tahun, kita bisa melakukan penilaian terhadap aktivitas jamaah. Jika jamaah aktif, kita dapat memprediksi peningkatan pengetahuan keagamaan mereka,” kata Kamaruddin.
Sementara itu, Plt Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Ahmad Zayadi menjelaskan, evaluasi program ini menjadi bagian dari persiapan perencanaan Direktorat Urusan Agama Islam dan Bina Syariah untuk 2025. “Direktorat ini memiliki empat layanan utama, yaitu hisab rukyat dan syariah, kemasjidan, bina paham keagamaan dan penanganan konflik, serta kepustakaan Islam. Semua layanan ini harus memberi dampak nyata bagi masyarakat,” jelas Zayadi.
Dia menambahkan, relasi program yang direncanakan telah berjalan dengan baik. “Kami tidak hanya fokus pada capaian input dan output, tetapi juga pada dampaknya bagi masyarakat,” ujar dia.