REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda termasuk orang yang bangun lebih pagi sebelum bekerja untuk menyiapkan sarapan lengkap, mungkin menyiapkan telur, panekuk protein, bahkan jus segar? Atau justru lebih memilih sarapan ringkas dengan meraih sekotak sereal dan "makanan cepat" lainnya? Jika Anda termasuk golongan kedua, mungkin Anda ingin mempertimbangkan kembali rutinitas pagi tersebut.
Pasalnya menurut penelitian baru, asupan makanan ultraolahan yang tinggi dikaitkan dengan percepatan penuaan. Dan ini termasuk banyak makanan sarapan yang cepat, mudah, dan populer.
Studi yang dipublikasikan dalam The American Journal of Clinical Nutrition ini menganalisis data dari lebih dari 22 ribu partisipan Italia berusia 60 hingga 80 tahun. Para peneliti mengamati 36 biomarker untuk mengevaluasi usia biologis.
"Tidak seperti usia kronologis, yang berdasarkan pada tanggal lahir, usia biologis mencerminkan kondisi biologis tubuh kita, termasuk organ, jaringan, dan sistem, dan dapat berbeda dari usia kronologis," kata peneliti dikutip dari laman Best Life pada Senin (25/11/2024).
Mereka kemudian meminta partisipan untuk mencatat konsumsi makanan untuk menentukan asupan makanan ultraolahan (UPF). UPF didefinisikan sebagai makanan yang mengandung zat yang tidak secara rutin digunakan di dapur seperti protein terhidrolisis, maltodekstrin, dan lemak terhidrogenasi, serta makanan yang mengandung zat tambahan seperti pewarna, pengawet, antioksidan, zat antikempal, penambah rasa, dan pemanis.
"Makanan ultraolahan tidak hanya mencakup makanan ringan kemasan atau minuman manis, tetapi juga produk yang tampaknya tidak berbahaya seperti roti yang diproduksi secara massal atau kemasan, yogurt buah, beberapa sereal sarapan atau alternatif daging, untuk memberikan beberapa contoh," catat siaran pers tersebut.
Usia biologis meningkat bagi mereka yang mengonsumsi lebih dari 14 persen kalori harian mereka dari UPF. Efek berbahaya dari UPF tidak berhenti di situ. Penelitian menghubungkan UPF dengan peningkatan risiko diabetes, penyakit kardiovaskular, dan demensia.
Sebuah studi yang diterbitkan awal tahun ini, yang menganalisis data dari 100 ribu orang yang sehat selama 30 tahun, menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi tujuh atau lebih porsi UPF setiap hari memiliki risiko kematian karena semua penyebab empat persen lebih tinggi. Penelitian ini menemukan bahwa daging olahan, minuman manis yang mengandung gula (seperti soda), dan minuman manis buatan (seperti soda diet) adalah yang paling berbahaya.
Demikian pula, sebuah penelitian yang diterbitkan pada September menemukan bahwa minuman manis buatan dan daging olahan adalah dua UPF yang paling berbahaya. Namun, penelitian saat ini menonjol karena memasukkan UPF seperti sereal dan roti kemasan dalam temuan mereka.
Menurut peneliti, selain tidak memadai secara nutrisi, kaya akan gula, garam, dan lemak jenuh atau trans, makanan ini mengalami pemrosesan industri yang intens yang benar-benar mengubah matriks makanan mereka, dengan konsekuensi hilangnya nutrisi dan serat. "Ini dapat memiliki konsekuensi penting untuk serangkaian fungsi fisiologis, termasuk metabolisme glukosa, dan komposisi serta fungsi mikrobiota usus," kata penulis studi Marialaura Bonaccio, PhD, ahli epidemiologi gizi di Unit Penelitian Epidemiologi dan Pencegahan-IRCCS Neuromed.
"Selain itu, produk-produk ini sering kali dibungkus dalam kemasan plastik, sehingga menjadi media pembawa zat-zat yang beracun bagi tubuh," kata dia lagi.
Penulis studi Licia Iacoviello sekaligus direktur Unit Penelitian Epidemiologi dan Pencegahan di IRCCS Neuromed dan profesor penuh bidang Higiene di LUM di Casamassima mengatakan beberapa makanan kemasan yang padat nutrisi dapat digolongkan sebagai makanan olahan. "Ini menunjukkan perlunya mengarahkan orang-orang ke pilihan makanan yang juga memperhatikan tingkat pengolahan makanan," kata dia.