Selasa 26 Nov 2024 15:19 WIB

Dian Sastrowardoyo Bicara AI: Jadi Tantangan Buat Sineas

Menurut Dian, manusia perlu bijaksana dalam menggunakan AI atau teknologi apapun.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Dari kiri ke kanan: Dian Sastrowardoyo, Wamen Dikti-Saintek Prof Stella Christie, dan Amanda Simandjuntak usai talkshow Demo Day Perempuan Inovasi 2024 di Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Foto: Dok. Republika/Gumanti Awaliyah
Dari kiri ke kanan: Dian Sastrowardoyo, Wamen Dikti-Saintek Prof Stella Christie, dan Amanda Simandjuntak usai talkshow Demo Day Perempuan Inovasi 2024 di Jakarta, Selasa (26/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kehadiran teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT menghadirkan tantangan baru bagi berbagai sektor, terutama industri kreatif dan film. Dengan segala kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan AI, banyak orang yang merasa khawatir akan masa depan pekerjaan-pekerjaan kreatif.

Aktris sekaligus produser, Dian Sastrowardoyo, mengakui bahwa isu-isu seputar AI dan dampaknya terhadap industri film tengah menjadi pembahasan di kalangan sineas. “Di dunia seni, masalah AI ini memang lagi kita bahas. Saat acara FFI kemarin juga sempat disinggung. Karena memang, kehadiran AI ini jadi tantangan tersendiri buat kami,” kata Dian dalam talkshow Demo Day Perempuan Inovasi 2024, di Jakarta Selatan, Selasa (26/11/2024).

Baca Juga

Namun demikian, Dian menyakini bahwa AI tidak akan mampu menggantikan kreativitas manusia, terutama dalam penulisan skenario. Orisinalitas penceritaan, kata Dian, adalah salah satu faktor yang membuat cerita mampu menyentuh hati penonton. AI mungkin bisa menciptakan dialog atau menyusun plot secara teknis, namun mesin tidak mampu menulis cerita dengan kedalaman emosional.

Dian lebih lanjut mengungkapkan bahwa kualitas sebuah film sangat dipengaruhi oleh penceritaan yang kuat, menyentuh, dan relate dengan aneka masalah sosial-budaya-ekonomi yang dirasakan masyarakat pada zamannya. Kepekaan dan pendekatan inilah yang tidak dimiliki oleh AI.

“Film bisa menjadi bagus, berkualitas, menyentuh, dan membuka wawasan penonton, jika berangkat dari skrip yang ditulis dengan perasaan dan kedalaman, yang merespons kegelisahan dan masalah di sekitar. AI tidak memiliki sensitivitas ini,” kata Dian.

Di sisi lain, Dian menilai kehadiran AI tidak sepenuhnya buruk. Menurut dia, AI dapat menjadi alat bantu untuk mempermudah pekerjaan manusia seperti untuk merangkum atau lainnya.

“Tapi kalau untuk penciptaan karya, penemuan, itu perlu dilakukan oleh manusia bukan robot, bukan AI. Jadi ya, kita sebagai manusia perlu bijaksana dalam menggunakan AI atau teknologi apapun di depan,” kata Dian.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement