Selasa 26 Nov 2024 17:55 WIB

Menteri Israel Ungkap Rencana Mengerikan untuk Gaza: Pengurangan Setengah Populasi

Israel bertekad untuk melakukan pengurangan populasi Gaza

Sisa kebakaran setelah serangan Israel menghantam area tenda di halaman rumah sakit Martir Al Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 14 Oktober 2024.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Sisa kebakaran setelah serangan Israel menghantam area tenda di halaman rumah sakit Martir Al Aqsa di Deir al Balah, Jalur Gaza, Senin, 14 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV-Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengatakan bahwa Israel memiliki kesempatan dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump untuk mendorong apa yang ia gambarkan sebagai migrasi sukarela dari Jalur Gaza dan dalam waktu dua tahun jumlah penduduk Palestina dapat dikurangi setengahnya.

"Jalur Gaza harus diduduki dan populasinya harus dikurangi menjadi kurang dari setengahnya,” kata Israel Broadcasting Corporation (IBC) mengutip pernyataan Smotrich pada Senin (25/11/2024), sebagaimana dilansir dari Aljazeera, Selasa (26/11/2024).

Baca Juga

Ini bukan pertama kalinya Smotrich yang beraliran sayap kanan menyerukan pendudukan Jalur Gaza dan pengusiran penduduknya.

Smotrich memiliki posisi ekstremis terkait warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza, yang telah memicu seruan Eropa untuk menjatuhkan sanksi terhadapnya dan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir, serta kritik berulang kali dari sekutu Tel Aviv, Washington.

Dua pekan yang lalu, Smotrich mengatakan bahwa ia telah mengeluarkan instruksi untuk mempersiapkan perpanjangan kedaulatan Israel atas Tepi Barat, menjelaskan bahwa ia berharap dapat mengimplementasikan rencana ini tahun depan dan menyatakan harapannya bahwa Trump akan mendukung langkah ini setelah ia secara resmi menjabat pada bulan Januari.

Smotrich, yang mengepalai partai Zionisme Religius, dibesarkan di pemukiman Beit El dan masuk militer pada usia 28.

Dia adalah pendukung perang habis-habisan di Jalur Gaza dan Tepi Barat, dan menyerukan sebuah negara yang diatur oleh hukum agama yang mencakup seluruh wilayah Palestina.

Dia dikenal karena pandangan garis kerasnya yang menentang apa yang dikenal sebagai 'Reformasi Yudaisme', serta menentang kaum kiri Israel dan Palestina. Beberapa pengkritiknya percaya bahwa posisi dan komentarnya “tidak dipertimbangkan dengan baik”, sampai-sampai salah satu anggota stafnya mengatakan bahwa “ada kekurangan koordinasi antara otak dan mulutnya”

BACA JUGA: Media Ungkap Israel Hadapi Kekurangan Senjata Parah Selama Perang Gaza dan Lebanon

Sementara itu, surat kabar Haaretz mengutip pejabat senior Israel yang mengatakan bahwa tentara Israel menuntut penduduk di bagian utara Jalur Gaza untuk mengosongkan rumah mereka, meskipun tentara Israel membantah telah menerapkan rencana para jenderal di Jalur Gaza utara.

Surat kabar tersebut mengatakan bahwa tentara Israel secara sistematis meratakan bangunan-bangunan yang tersisa di kamp pengungsi Jabalia.

Ditambahkan bahwa area kamp Jabalia tidak lagi layak huni.

Haaretz mencatat bahwa citra satelit baru-baru ini menunjukkan kehancuran yang luas yang disebabkan oleh operasi darat dan pengeboman udara Israel di kamp Jabalia.

Aljazeera telah mendapatkan foto-foto yang menunjukkan kehancuran yang meluas di kamp tersebut.

Agresi Israel di Jalur Gaza utara terutama menargetkan kamp pengungsi Jabalia dan Ben Lahia, tempat perlawanan Palestina menghadapi serangan tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement