REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Huyay bin Akhthab merupakan seorang tokoh kabilah Yahudi yang hidup pada masa Rasulullah SAW. Seperti kebanyakan rabi yang menelaah Taurat, ia pun mengetahui bahwa akan datang utusan Allah yang merupakan penutup para nabi (khatam al-anbiya) pada akhir zaman. Disaksikannya pula bahwa tanda-tanda kenabian muncul pada diri Muhammad SAW.
Namun, sebagaimana sikap para rabi yang sarat iri dan dengki, Huyay bin Akhtab enggan mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sebabnya "hanya" lantaran Rasulullah SAW tidak berasal dari Bani Israil (Yaqub bin Ishaq AS), melainkan keturunan Ismail AS.
Dengan sungguh-sungguh, Huyay bin Akhtab menunjukkan kebencian pada Rasulullah SAW. Buku-buku sejarah Islam menggelari tokoh ini sebagai "setan Yahudi" lantaran kedengkiannya yang mendalam pada Nabi SAW.
Huyay pernah mendeklarasikan bahwa dirinya akan membenci sang pembawa risalah Islam itu di sepanjang usianya. "Aku akan memusuhinya selama aku masih hidup," ujar Huyay kepada saudaranya, Abu Yasir, tatkala menerima kabar hijrahnya Nabi SAW ke Madinah (dahulu bernama Yastrib).
Bahkan, Huyay dengan sombongnya mencela Allah SWT dan melecehkan Alquran. Sebagai contoh, suatu ketika ia mendengar kaum Muslimin membacakan surah al-Baqarah ayat 245.
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ - ٢٤٥
(Artinya: "Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.")