Rabu 27 Nov 2024 09:46 WIB

Menelusuri Rumah Dua Siswa Korban Penembakan Oknum Polisi di Semarang yang Tiba-Tiba Sepi

Keluarga dari keduanya pun enggan membuka diri kepada media.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Mas Alamil Huda
Sejumlah rekan korban berdoa untuk siswa korban penembakan yang dilakukan oleh oknum polisi di Semarang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Sejumlah rekan korban berdoa untuk siswa korban penembakan yang dilakukan oleh oknum polisi di Semarang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Satria dan Adam, dua siswa SMKN 4 Kota Semarang yang selamat dari aksi penembakan oknum polisi berinsial R belum memberikan keterangan terbuka kepada media soal peristiwa yang mereka alami. Keluarga dari keduanya pun enggan membuka diri kepada media.

Pada Selasa siang (26/11/2024), Republika bersama beberapa awak media sempat menyambangi kediaman Satria yang berlokasi di RT04/02, Jrakah, Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Ketua LBH Penyambung Lidah Rakyat (Petir), Zainal Abidin Petir, juga ikut dalam kunjungan tersebut. Zainal datang karena hendak menawarkan pendampingan hukum gratis kepada Satria.

Baca Juga

Seorang tetangga yang ditemui di lokasi mengungkapkan, Satria baru saja pulang ke rumah pada Selasa pagi. Satria memang sempat dirawat di Rumah Sakit Tugu, Ngaliyan, karena mengalami luka tembak di tangan kirinya.

Setibanya di kediaman Satria yang berlokasi di dalam gang, Zainal Petir sempat beberapa kali mengetuk pintu rumahnya seraya mengucapkan salam. Namun tak ada jawaban dari dalam rumah.

Tak lama berselang, Ketua RT04/02, Aris Widarto, mendatangi kediaman Satria. Dia kemudian menyampaikan keluarga Satria sudah berpesan padanya bahwa mereka enggan diganggu dulu.

photo
Sekelompok warga, menggelar aksi solidaritas terhadap korban penembakan oleh polisi, Gamma Rizkynata di gerbang SMKN 4 Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/11/2024). - (Kamran Dikarma/Republika)

Satria tinggal bersama orang tuanya. Ayahnya adalah pekerja serabutan. Menurut keterangan beberapa tetangganya, dia bekerja sebagai penjual kerupuk, sopir mobil boks, dan terkadang menjadi salesman. Sementara ibunya adalah ibu rumah tangga.

Menurut Aris, sehari-harinya Satria dikenal sebagai pribadi yang baik oleh warga sekitar. "Dia biasa ikut ngaji di Pondok Pesantren (Ponpes) Daarun Najaah sehabis Isya. Jarang keluar malam juga," ucapnya.

Ponpes Daarun Najaah berlokasi tak jauh dari rumah Satria. Selain gemar mengaji, Satria pun dikenal sebagai anak yang tekun membantu ayahnya. "Biasa bantu bapaknya jual kerupuk. Muter jualannya," ujar Aris.

Oleh sebab itu, Aris mengaku tak percaya jika Satria disebut terlibat kelompok gangster remaja atau biasa disebut kreak. "Tidak benar kalau menurut saya (Satria anggota kreak). Kalau di sini Mas Satria itu baik. Sering mengaji dan bantu orang tua," ucapnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement