REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehidupan di dunia ini sejatinya adalah kesempatan untuk beriman dan banyak-banyak beramal saleh. Sesudah jatah usia habis, seseorang tidak dapat mengandalkan harta dan kedudukannya dahulu saat dirinya masih bernafas. Yang menemaninya di alam barzakh hingga kelak hari kiamat adalah keimanan dan amal perbuatannya.
Pada hari akhir, setiap orang Islam akan mendambakan pertolongan (syafaat) Nabi Muhammad SAW. Allah telah menakdirkan, Rasulullah SAW dapat memohonkan syafaat kepada-Nya untuk menolong orang-orang yang beriman.
Bagaimana caranya agar kita dimudahkan dan termasuk dalam golongan penerima syafaat Nabi SAW?
Pertama-tama, kita tentu harus memiliki rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau pernah bersabda, "Demi Dia yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah beriman seorang di antaramu hingga ia mencintaiku melebihi cintanya kepada ayahnya dan anak-anaknya" (HR Bukhari).
Di antara tanda-tanda rasa cinta itu ialah ketaatan kepada ajaran beliau. Rasa taat itu dimanifestasikan tidak hanya dalam bentuk ucapan, melainkan juga pikiran dan tindakan.
Rasa cinta kepada Nabi SAW juga diwujudkan dengan mengagungkan beliau. Minimal, setiap namanya disebut, kita ucapkan shalawat.
Ada momen-momen tertentu yang di dalamnya bershalawat dapat menjadi jalan bagi kita memperoleh syafaat Nabi SAW kelak. Yakni, dalam munajat usai azan berkumandang.