Kamis 28 Nov 2024 16:56 WIB

Sifat Kepemimpinan Nabi

Ada tiga sifat kepemimpinan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW
Foto: Republika.co.id
Rasulullah SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam fikih siyasah Islam, dasar kebijakan dan tindakan pemimpin adalah kemaslahatan umum. Dikatakan, "tasharruf al-imam `ala al-ra`iyyah manuthun bi al-mashlahah." Tindakan pemimpin atas rakyat terikat oleh kemaslahatan umum. Jadi, pemimpin wajib bertindak tegas demi kebaikan bangsa, bukan kebaikan diri dan kelompoknya semata.

Kaidah tersebut diturunkan dari moral kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, seperti diterangkan dalam Alquran. Firman Allah dalam surah at-Taubah ayat 128, artinya, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Baca Juga

Sekurang-kurangnya, ada tiga sifat kepemimpinan yang ditampilkan Rasulullah SAW, yakni berdasarkan keterangan ayat di atas.

Pertama, "azizin alaihi ma anittum" (berat dirasakan oleh Nabi SAW penderitan orang lain). Dalam bahasa modern, sifat ini disebut sebagai sense of crisis, yaitu kepekaan pada kesulitan rakyat. Hal itu ditunjukkan dengan kemampuannya bersimpati dan berempati pada pihak-pihak masyarakat yang kurang beruntung.

Empati berarti kemampuan memahami dan merasakan kesulitan orang lain. Itu lantas mendorong simpati, yaitu dukungan, baik moral maupun materiel, untuk mengurangi penderitaan orang yang mengalami kesulitan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement