REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Perwakilan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, akan menuju Kairo pada Sabtu (30/11/2024), untuk melakukan pembicaraan mengenai kemungkinan gencatan senjata di Gaza, kata seorang pejabat Hamas kepada AFP pada Jumat.
"Delegasi Hamas akan pergi ke Kairo besok untuk beberapa pertemuan dengan pejabat Mesir guna membahas gagasan gencatan senjata dan kesepakatan tahanan di jalur Gaza," kata pejabat Hamas, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas topik tersebut.
Menurut pejabat tersebut, sekelompok perwakilan perlawanan akan membahas usulan gencatan senjata dan perjanjian penahanan selama kunjungan mereka ke Kairo. Pengumuman tersebut muncul hanya dua hari setelah gencatan senjata antara Lebanon dan Israel mulai berlaku.
Meja perundingan kembali dibuka setelah Penasihat Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Lindsey Graham, mengungkapkan, sebaiknya gencatan senjata dilakukan sebelum Trump dilantik.
Seruan untuk gencatan senjata di Gaza kian menguat, terlebih lagi sejak agresi besar-besaran Israel terhadap Lebanon dimulai. Pemimpin oposisi Israel Benny Gantz meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Kamis untuk memprioritaskan pembebasan tawanan dari Gaza, mendesaknya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Berbicara kepada radio FM 103, Gantz mengkritik strategi Netanyahu dan mendesak gencatan senjata sementara untuk memfasilitasi pemulangan para tawanan."Kita harus mengeluarkan para sandera dari Gaza dan tidak mengizinkan pemukim lain memasuki jalur itu," kata Gantz.
"Kita telah memberkati permukiman di Yudea dan Samaria [Tepi Barat], jadi mari kita lestarikan mereka. Kita tidak punya apa-apa untuk dicari di Gaza kecuali para sandera dan keamanan."