Ahad 01 Dec 2024 16:41 WIB

Hamas Rilis Video Sandera Berkewarganegaraan AS, Ini Pesannya untuk Donald Trump

Sandera tersebut mengaku tidak ingin mati dalam penyanderaan oleh Hamas.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden Donald Trump sebelum keberangkatan presiden dari Bandara Internasional Ben Gurion Israel pada 23 Mei 2017.
Foto: Kobi Gideon/GPO
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden Donald Trump sebelum keberangkatan presiden dari Bandara Internasional Ben Gurion Israel pada 23 Mei 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sayap militer Hamas, Brigadir Al-Qassam, merilis sebuah video yang menampilkan seorang sandera Israel dengan kewarganegaraan Amerika Serikat di Jalur Gaza yang berbicara kepada Presiden terpilih AS, Donald Trump. Sandera tersebut mengaku tidak ingin mati dalam penyanderaan oleh Hamas.

"Kepada Presiden Trump, saya adalah seorang warga negara Amerika-Israel yang saat ini ditahan di Jalur Gaza. Sebagai seorang Amerika, saya selalu percaya pada kekuatan Amerika Serikat dan sekarang saya mengirimkan pesan saya," kata Eden Alexander dalam video pada Sabtu (30/11/2024).

Baca Juga

"Tolong gunakan pengaruh Anda dan kekuatan penuh Amerika Serikat untuk bernegosiasi demi kebebasan kami. Setiap hari di sini terasa seperti keabadian, dan rasa sakit dalam diri kami semakin tumbuh dari hari ke hari. Tolong jangan buat kesalahan yang sama seperti yang telah dilakukan Joe Biden," tambahnya.

Senjata yang dikirimkan Biden, lanjutnya, kini membunuh para sandera dan pengepungan yang tidak sah kini membuat kelaparan. Alexander menyampaikan bahwa dia tidak ingin berakhir mati.

Dalam pesan untuk kepala otoritas pemerintahan Israel Benjamin Netanyahu, Alexander mengatakan bahwa dirinya mendengar bahwa Netanyahu akan memberikan 5 juta dolar AS (Rp79,2 miliar) kepada siapa pun yang membawa para sandera kembali hidup-hidup.

"Seorang perdana menteri seharusnya melindungi warganya dan tentaranya, tetapi Anda telah mengabaikan kami,” ucapnya.

Tel Aviv menahan lebih dari 10.000 warga Palestina di penjara-penjaranya. Diperkirakan ada 101 sandera Israel di Gaza. Hamas mengumumkan bahwa puluhan sandera tewas akibat serangan udara acak Israel. Oposisi Israel dan keluarga sandera menuduh Netanyahu menolak untuk mengakhiri perang dan menarik diri dari Gaza karena takut pemerintahan koalisinya runtuh, di tengah ancaman oleh menteri berpandangan ekstremis untuk mundur dari koalisi pemerintah.

Namun, Hamas mengatakan konflik hanya akan berakhir ketika Israel menghentikan kampanye militernya di daerah kantong yang diblokade, yang telah menewaskan hampir 44.400 korban sejak Oktober 2023. Tahun kedua genosida di Gaza semakin mendapat kecaman internasional dengan pejabat dan institusi melabeli serangan-serangan dan pemblokiran pengiriman bantuan sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan suatu populasi.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada 21 November untuk Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional terkait perang mematikan di Gaza.

 

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement