Ahad 01 Dec 2024 21:02 WIB

Sejarawan AS Asli Palestina: Warga Israel tak Paham Konflik, Mereka Hidup di Kepalsuan

Amerika Serikat lebih Israel ketimbang Israel sendiri

Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus.
Foto: Ariel Schalit/AP Photo
Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Surat kabar Israel, Haaretz, menerbitkan sebuah wawancara yang dilakukan oleh wartawan Itai Mashiach dengan sejarawan Palestina kelahiran Amerika Serikat, Rashid Khalidi, yang membahas sejumlah isu yang menunjukkan pergeseran sifat konflik Palestina-Israel dan kemungkinan hasilnya.

Khalidi, yang pensiun sebagai profesor di Universitas Columbia bulan lalu setelah 22 tahun, tampaknya yakin bahwa warga Israel tidak memahami konflik ini, hanya karena mereka hidup dalam apa yang disebutnya sebagai “gelembung kesadaran palsu”.

Baca Juga

Khalidi digambarkan sebagai intelektual Palestina yang paling penting di generasinya, sejarawan Palestina yang paling terkemuka, dan penerus mendiang intelektual dan kritikus sastra Palestina-Amerika, Edward Said.

Dikutip dari Aljazeera, Ahad (1/12/2024), dalam bukunya “Perang Seratus Tahun di Palestina. Kisah Kolonialisme dan Perlawanan Pemukim”, yang diterbitkan pada 2020 dan dirilis dalam versi bahasa Arabnya oleh Penerbit Ilmu Pengetahuan Arab pada 2021, Khalidi berfokus pada beberapa peristiwa yang ia lihat sebagai pergeseran dalam konflik di Palestina.

Haaretz mencatat bahwa buku tersebut melonjak setelah Badai al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 ke daftar buku terlaris New York Times, dan tetap berada di sana selama hampir 39 pekan berturut-turut.

Khalidi, 67 tahun, berpendapat bahwa perang yang dilancarkan oleh tentara penjajah di Jalur Gaza bukanlah “11 September Israel” -sebuah analogi untuk serangan al-Qaeda terhadap menara World Trade Center di New York pada tahun 2001- dan juga bukan Nakba yang baru.

Satu-satunya cara untuk memahami perang di Gaza adalah dalam konteks konflik yang telah berlangsung selama satu abad di Palestina.

BACA JUGA: AS-Israel Main Mata di Suriah dan Bangkitnya Pemberontak, Susul Gaza Lebanon?

Lebih Israel daripada orang Israel sendiri

Dari 1991 hingga 1993, Khalidi menjadi penasihat delegasi Palestina dalam perundingan damai di Madrid dan Washington. Dalam dialog tersebut, ia menguraikan kritiknya terhadap peran yang dimainkan oleh Amerika Serikat dalam perundingan tersebut dalam sebuah buku berjudul “Brokers of Deception” pada 2013, yang menurutnya hanya membuat kemungkinan perdamaian menjadi lebih jauh dari yang dibayangkan.

Khalidi menyerang Amerika Serikat, dengan mengatakan bahwa Amerika “lebih Israel daripada orang Israel sendiri selama negosiasi. Jika orang Israel berbicara tentang keamanan, orang Amerika akan membungkuk dan membenturkan kepala mereka ke tanah.”

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement