REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam hitung cepat (quick count) Pilkada Gubernur Jawa Barat yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, pasangan Dedi Mulyadi–Erwan Setiawan unggul telak (61,85%). Hal ini menunjukkan isu agama tidak mampu menghambat laju Dedi Mulyadi.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, mengatakan, dalam Pilkada Provinsi Jawa Barat, salah satu isu masif yang berkembang adalah persoalan agama Dedi Mulyadi. Mulai dari agama Dedi Mulyadi yang tidak jelas, pelaku musyrik, mistik dan dukun.
Tapi pada akhirnya, lanjut Toto, isu-isu tersebut tidak bisa menghentikan laju kemenangan Dedi Mulyadi. “Yang menarik dari kasus Pilgub Jabar adalah praktik politik agama tidak ampuh menghentikan laju elektabilitas Dedi Mulyadi,” ungkap Toto, dalam siaran pers, Senin (2/12/2024).
Hasil hitung cepat LSI Denny JA menunjukkan Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan memperoleh 61,85%. Sementara Ahmad Syaikhu – Ilham Habibie yang diusung PKS dan Nasdem (18,78%), Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina yang diusung PKB (10,40%) dan Jeje Wiradinata–Ronal Surapradja yang diusung PDIP (8,98%).
Dengan pengalaman selama ini, menurut Toto, dengan margin of error plus minus 1%, hasil quick count tersebut kemungkinan tak akan jauh berbeda dengan hasil real count KPUD.
Dikatakannya, ada empat faktor yang membuat Dedi Mulyadi–Erwan unggul telak. Pertama, secara personal, sosok Dedi Mulyadi memiliki tingkat pengenalan dan kesukaan yang cukup tinggi. Tingkat pengenalan Dedi Mulyadi sekitar 92,1% dan tingkat kesukaan mencapai 88,6%. “Ini angka ideal seorang kandidat yang punya potensi kuat untuk menang,” kata Toto.
Toto membandingkan dengan tiga paslon lainnya, yang rata-rata masih terkendala problem pengenalan. Bahkan ketiga paslon tersebut belum memenuhi standar pengenalan minimal 70%. Ini termasuk Ahmad Syaikhu. Sementara, dua paslon lainnya, rata-rata baru dikenal oleh sekitar 50%.
Tingginya kesukaan terhadap Dedi Mulyadi, kata Toto, karena dianggap sebagai figur yang mampu, peduli dan merakyat. Persepsi positif tersebut muncul karena Dedi punya kemampuan mengemas seluruh rangkaian kegiatannya dengan efek emosional publik.
“Termasuk, melalui kemasan seni dan budaya sunda yang hadir dan tampil di hampir seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat. Ini yang makin mendekatkan dirinya dengan pemilih. Di situ ada dialog, ada humor, ada pesan kemanusiaan dan bahkan ada tangis saat Kang Dedi menyentuh bagian emosi rakyat yang hadir,” kata Toto.
Kemasan seperti itulah, menurut Toto, yang membuat Dedi Mulyadi punya brand personal yang khas dan kuat. Ia dijadikan sebagai tokoh sunda Jawa Barat yang cinta dan peduli terhadap seni, tradisi dan budaya sunda. Sehingga Dedi pun populer dipanggil Bapak Aing.
Faktor kedua, menurut Toto, adanya ekspresi kesukaan mayoritas publik kepada Dedi Mulyadi. Ini tergambar dari pemilih militan (strong supporter) yang cukup tinggi, yaitu 55,4%. Ini angka strong supporter yang jarang terjadi. Bandingkan dengan tiga paslon lain yang pemilih militannya di bawah 10%.