REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus kebakaran di Jakarta masih terus terjadi. Hingga kini, masih ada 341 RW rawan kebakaran di Jakarta.
Karena itu, DPRD DKI Jakarta terus mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) untuk meminimalisasi potensi kebakaran. Termasuk upaya peningkatan sarana prasarana penanganan bencana kebakaran.
Pada Triwulan III 2024, periode Juni hingga Agustus, tercatat 514 kejadian kebakaran telah terjadi di Kota Jakarta. Data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, kebakaran itu diduga dipicu oleh beberapa faktor.
Seperti korsleting listrik 272 kejadian, kompor gas 62 kejadian, membakar sampah 67 kejadian, puntung rokok 25 kejadian, penggunaan lilin 2 kejadian dan penyebab lainnya 79 kejadian.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah mengatakan, perlu langkah inovatif untuk meminimalisasi kebakaran di Jakarta. Satu di antaranya, Dinas Gulkarmat harus memiliki alat yang mampu menangani kebakaran di jalan sempit.
“Misalnya soal kabel listrik yang tidak boleh (semrawut). Lalu harus ada alat-alat yang memang bisa masuk ke dalam gang. Masalah kebakaran selalu di tempat padat penduduk tapi mobil pemadam itu tidak bisa masuk,” ujar Ima, beberapa waktu lalu.
Tidak hanya itu, DPRD juga mendorong Pemprov DKI Jakarta menyediakan Bus Damkar berukuran kecil agar bisa menjangkau titik kebakaran di permukiman padat penduduk. Bus Damkar harus sudah dipersiapkan dan tersebar merata di seluruh wilayah Jakarta.
Peningkatan Response Time
Pemerataan jumlah Bus Damkar ukuran kecil di seluruh wilayah akan mampu meningkatkan response time penanggulangan kebakaran di kawasan padat penduduk.
Sekretaris Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono mendorong Dinas Gulkarmat meningkatkan response time penanggulangan kebakaran di Jakarta, terutama di wilayah padat penduduk.