Senin 02 Dec 2024 14:00 WIB

Apa Syarat Menjadi Ustaz? Begini Penjelasan Habib Ali Zainal Abidin Al Habsyi

Ustaz harus memiliki keilmuan yang mumpuni.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Habib Sharief Shihab (kiri) dan Habib Ali Zainal Abidin Al Habsyi
Foto: Tangkapan layar
Habib Sharief Shihab (kiri) dan Habib Ali Zainal Abidin Al Habsyi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Habib Ali Zainal Abidin Al Habsyi dalam tausiyahnya menyampaikan bahwa mencari ilmu bukan sekedar wajib biasa. Habib Ali Zainal Abidin juga mengungkapkan bahwa guru yang dipanggil ustaz, ulama dan habib harus jelas keilmuannya di dapat dari mana.

Habib Ali Zainal Abidin mengatakan pentingnya mencari ilmu, menuntut ilmu itu adalah ibadah disamping hal-hal yang diperintahkan Allah SWT. Menuntut ilmu hukumnya wajib.

Baca Juga

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa tholabul ilmi faridhotun ala kulli muslimin wal muslimat (artinya mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimat)

"Tholabul ilmi faridhotun banyak diterjemahkan mencari ilmu adalah kewajiban, itu betul. Tapi kurang tepat karena kata 'wajib' diambil dari bahasa Arab yang artinya wajib juga," kata Habib Ali Zainal Abidin dalam Maulid dan Majelis Mahabbatul Auliya di Condet Jakarta pada Ahad (1/12/2024)

Habib Ali Zainal Abidin mengatakan, lantas apa bedanya faridhotun dengan wajib? Faridhotun adalah perintah kewajiban yang selalu datang dari tingkatan yang lebih tinggi.

Oleh karenanya, ulama sepakat tidak akan menggunakan kata faridhotun, hanya Allah SWT yang menggunakannya.

Ia menerangkan, sebab kalau wajib itu tidak selamanya harus datang dari atas, orang bisa mewajibkan dirinya sendiri. Bahkan wajib itu bisa datang dari orang yang tingkatannya lebih muda atau bawah. Semacam seorang anak yang melarang orang tuanya makan gula terlalu banyak, anak tersebut mewajibkan orang tuanya untuk menjaga kesehatannya.

"Tapi kalau kata 'faridhotun' tidak datang kecuali dari yang lebih tinggi. Maka Allah SWT mengatakan mencari ilmu itu faridh sama seperti ibadah-ibadah mahdah lainnya," ujar Habib Ali Zainal Abidin.

Habib Ali Zainal Abidin menerangkan, banyak sekali ulama dalam kitab-kitabnya, contohnya Imam Al-Ghazali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan lain sebagainya, banyak yang memiliki karya yang berkaitan dengan adab mencari ilmu dan orang yang mengajarkan ilmu.

Syarat utama seorang pendidik atau yang mengajarkan ilmu, harus memiliki kredibilitas yang jelas. Diketahui gurunya siapa dan belajarnya di mana.

"Tidak boleh yang orang bisa membaca saja kita katakan ustaz, kecuali teruji terlebih dahulu," kata Habib Ali Zainal Abidin.

Ia menerangkan, analoginya, jika ada anak kecil yang dikatakan jenius dari lahir. Anak tersebut bisa membaca buku medis dengan singkat dan menguasainya dengan cepat, kemudian anak itu mengeklaim bisa membuka praktik.

"Apakah akan diizinkan anak itu membuka praktik? Tidak mungkin dong," ujarnya.

Habib Ali Zainal Abidin menegaskan, saat seorang ustaz ditanya apakah dia dokter, orang tersebut menjawab dirinya bukan dokter karena tidak punya kredensial. Tapi saat seseorang dipanggil ustaz, ulama dan habib langsung terima padahal tidak punya kredensial.

"Kita tidak protes, kamu ini (dipanggil ustaz) belajar dari siapa, guru kamu siapa, mantan pelawak bisa jadi ustaz," ujar Habib Ali Zainal Abidin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement