Senin 02 Dec 2024 17:08 WIB

Hendak Dibungkam Zionis, Ini Sejarah Adzan Bilal di Palestina

Adzan Bilal di Masjid al-Aqsa meluruhkan hati para sahabat Rasulullah.

Warga Palestina berkumpul untuk salat Idul Fitri di dekat Kuil Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Adzan berkumandang di Yerusalem sejak pembebasan oleh pasukan Muslim.
Foto: AP Photo/Mahmoud Illean
Warga Palestina berkumpul untuk salat Idul Fitri di dekat Kuil Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Adzan berkumandang di Yerusalem sejak pembebasan oleh pasukan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Keamanan Israel Itamar Ben Gvir telah memulai langkah agar adzan tak lagi menguar di wilayah jajahan Israel. Ini akan memutus sejarah selama 1.400 tahun sejak pertama kali adzan berkumandang di Yerusalem selepas dibebaskan pasukan Muslim.

Ulama Amerika Serikat keturunan Palestina, Omar Suleiman menuturkan, adzan bersejarah di Yerusalem dilantunkan berbarengan dengan shalat perdana yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab di wilayah itu. 

Baca Juga

Pada 637 Masehi, selepas pasukan Muslim membebaskan Yerusalem, Uskup Sophronius menyatakan hanya bersedia menyerahkan langsung kota itu kepada pemimpin Muslimin, yakni Khalifah Umar. Umar kemudian datang dari Madinah beserta pelayannya. 

Selepas penyerahan kota dan masuk waktu shalat, Umar bin Khattab dipersilahkan Sophronius melakukan ibadah di Gereja Makam Suci. Kendati demikian, Khalifah Umar menolak dan memilih lokasi shalat sekitar 50 meter dari gereja. 

Kedatangan Umar bin Khattab ini merupakan reuni para sahabat Rasulullah ﷺ yang tinggal di Madinah dan yang melakukan ekspedisi pembebasan. Yang berkumpul kembali diantaranya Mu'adz bin Jabal, Abu Ubaidah yang memimpin pembebasan Yerusalem, Amr bin al-As, Khalid ibn al-Walid, dan Abdurrahman bin Auf. Ada satu yang juga sudah lama tak bertemu dengan para sahabat di Madinah, yakni Bilal bin Rabbah yang sejak wafatnya Rasulullah ﷺ lebih banyak berada di Suriah.

Menurut Omar Suleiman, sebagian riwayat mencatat bahwa saat itu Khalifah Umar lama memeluk Bilal sambil menangis karena kerinduan. “Ya Bilal, kita sedang berada di salah satu hari paling penting dalam sejarah dunia. Ini adalah salah satu hari-hari Allah,” kata Umar kepada Bilal dikutip Omar Suleiman.

photo
Denah Kota Tua Yerusalem - (Republika)

Setelah mengucapkan hal itu, Umar kemudian meminta sesuatu yang belum pernah lagi dilakukan Bilal sejak Rasulullah ﷺ wafat. “Bisakah engkau mengumandangkan adzan untuk kami wahai Bilal?” kata Umar. 

“Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah lagi mengumandangkan adzan kepada siapapun setelah Nabi ﷺ. Saya tidak bisa melakukannya lagi. Itu adalah janji yang aku buat,” kata Bilal. 

Namun Umar memaksa dengan mengatakan bahwa adzan yang dikumandangkan Bilal di Masjid al-Aqsa akan menyenangkan Rasulullah ﷺ. “Dan jika Rasulullah ada di sini, dia akan memerintahkanmu melakukan hal yang sama,” ujar Umar.

Bilal akhirnya bersedia. Ia menjadi orang pertama yang mengumandangkan adzan di Madinah. Yang pertama mengumandangkan adzan di Makkah selepas penaklukkan Fath al-Makkah. Dan akhirnya yang pertama mengumandangkan adzan di Masjid al-Aqsa.

Ketika Bilal berdiri untuk mengumandangkan adzan, seluruh sahabat menangis, termasuk sang muadzin. Seluruh sahabat yang berkumpul saat itu mengenang masa-masa saat mereka masih begitu dekat dengan Rasulullah ﷺ saat masih hidup. Sementara Umar dilaporkan jatuh berlutut tak mampu menahan keharuan.

Sejak itu, adzan berkumandang di Yerusalem dan seantero Palestina. Karena Umar bin Khattab menjanjikan perlindungan terhadap umat Kristiani serta mengundang kembali umat Yahudi yang diusir Bizantium dari Tanah Suci; adzan berkumandang bersama lonceng gereja dan terompet sinagog selama ratusan tahun.

Ini sampai ketika pasukan Perang Salib menaklukkan Yerusalem pada 1099. Penaklukan itu disertai pembantaian umat Islam dan umat Yahudi serta penguasaan dan perusakan masjid-masjid dan sinagog.

Pelarangan ini dicabut setelah Salahuddin al-Ayyubi merebut kembali Yerusalem pada 1187. Saat berhasil menguasai kota itu dengan jalan yang jauh lebih manusiawi ketimbang pasukan Perang Salib, ia mengenang kembali adzan Bilal bin Rabah. 

“Rekan-rekanku yang terkasih, ingatlah Rabiul Awwal tahun 16 Hijriah ketika Amr bin Aas dan rekan-rekan prajuritnya membebaskan Yerusalem dari orang-orang kafir. Khalifah Umar bin Khattab mengunjungi tempat suci ini saat itu. Bilal juga menemaninya. Masyarakat rindu mendengar suara Bilal yang diam sejak wafatnya Rasulullah ﷺ. Umar berkata ‘Bilal, Masjid al-Aqsa dan tembok Baitul Maqdis sudah lama tidak mendengar suara adzan. Maukah kamu mengumandangkan adzan pertama setelah pembebasannya?’. Maka Bilal mengumandangkan adzan pertama kali setelah wafatnya Rasulullah. Ketika dia sampai pada kalimat, ‘Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah’, seluruh masjid terguncang.”

Sejak itu, adzan tak pernah absen di Palestina, sampai tiba penjajahan Israel dan datanglah aturan yang disampaikan Itamar Ben Gvir, 1387 tahun sejak Bilal mengumandangkan adzannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement