Rabu 04 Dec 2024 07:58 WIB

Presiden Korsel Cabut Darurat Militer: Untuk Selamatkan Bangsa

Yoon Suk Yeol menyeru Majelis Nasional untuk menghentikan kegiatan memalukan.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol mengumumkan pencabutan darurat militer pada Rabu (4/12/2024) pukul 04.30 waktu setempat.
Foto: Kim Hong-ji/Pool Photo via AP
Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol mengumumkan pencabutan darurat militer pada Rabu (4/12/2024) pukul 04.30 waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol mengumumkan pencabutan darurat militer pada Rabu (4/12/2024) pukul 04.30 waktu setempat (02.30 WIB), setelah Majelis Nasional melakukan pemungutan suara dengan hasil meminta untuk mengakhiri kondisi darurat militer. Kabinet Yoon menyetujui usulan untuk menghentikan penerapan darurat militer.

Hal itu berselang sekitar enam jam setelah kepala negara Korsel itu membuat pernyataan darurat yang mengejutkan dengan menuduh oposisi negara tersebut melumpuhkan pemerintah melalui aktivitas antinegara. Keputusan tersebut menimbulkan kekhawatiran di seluruh negeri dan bahkan di luar negeri.

Baca Juga

"Pukul 11 malam tadi, saya mendeklarasikan darurat hukum militer dengan tekad bulat saya untuk menyelamatkan bangsa menghadapi kekuatan antinegara yang berusaha melumpuhkan fungsi penting negara dan tatanan konstitusional demokrasi bebas," kata Yoon dilaporkan Yonhap.

“Namun, ada tuntutan dari Majelis Nasional untuk mencabut darurat militer, (saya) telah menarik pasukan yang dikerahkan untuk melaksanakan urusan darurat militer," ucap Yoon.

Dia menegaskan kembali seruannya kepada Majelis Nasional untuk menghentikan kegiatan memalukan yang disebutnya melumpuhkan fungsi nasional, termasuk upaya pemakzulan terhadap pejabat pemerintah. Kepala Staf Gabungan mengatakan, pasukan yang dikerahkan untuk melaksanakan darurat militer telah kembali ke pangkalan, sebagai sebuah langkah untuk mengembalikan keadaan normal.

Adapun setelah pencabutan darurat militer, anggota blok oposisi meningkatkan kritik terhadap Yoon dengan beberapa di antaranya bahkan mengancam akan mengajukan mosi untuk memakzulkan presiden. Hwang Un-ha, pemimpin fraksi Partai Pembangunan Kembali Korea (partai oposisi terbesar kedua) menyatakan niatnya untuk mendorong mosi pemakzulan.

Hwang juga mengecam pengerahan personel militer setelah pengumuman darurat militer yang jarang terjadi tersebut. Deklarasi darurat militer tersebut mengguncang seluruh negeri dan bahkan di luar negeri.

Pejabat AS menyatakan kekhawatiran mendalam dan menekankan harapan Washington agar setiap perselisihan politik di Korsel diselesaikan secara damai. "Kami mengamati perkembangan terbaru di Republik Korea dengan kekhawatiran mendalam," kata Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell dalam sebuah acara publik.

Campbell mencatat, aliansi Korsel-AS tetap kuat, namun menyerukan penyelesaian secara damai. "Saya juga ingin menegaskan bahwa kami memiliki harapan dan ekspektasi bahwa perselisihan politik apapun akan diselesaikan secara damai dan sesuai dengan aturan hukum, kami akan memberikan pernyataan lebih lanjut seiring dengan perkembangan situasi," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement