REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polemik seputar ceramah seorang dai Miftah Maulana Habiburokhman yang dianggap menghina seorang penjual es keliling dinilai terjadi karena kurangnya menjaga adab.
Dr. Hasan Basri Tanjung, M.A. dosen Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun, Bogor menyatakan bahwa ia telah menonton cuplikan video yang viral tersebut. "Emang lagi viral baik secara video tersebar maupun ditulis oleh banyak orang, saya juga sudah menonton cuplikan nya meskipun tidak menonton video secara penuh" ujarnya.
Menurut dia, kejadian ini menunjukkan pentingnya menjaga adab dalam berbicara, terutama di depan publik. "Ini kan soal adab ya, ini lah kalau sudah terbiasa berbicara di depan panggung, apalagi panggungnya orang-orang terhormat yang sangat disanjung, kadang memang lidah tidak terkendali. Tapi intinya ini adab-adab dalam bicara dan tidak sepatutnya itu terjadi" jelas Hasan.
Hasan menambahkan bahwa meskipun kata-kata yang digunakan mungkin lazim di kalangan tertentu, maknanya tetap memiliki dampak yang dapat memuliakan tetapi sekaligus menghinakan. Hal ini terutama menjadi lebih bermasalah ketika diucapkan di depan banyak orang dan dijadikan bahan tertawaan.
"Sesungguhnya bukan mentertawakan orang miskin yang sedang jualan itu, tetapi menertawakan dirinya sendiri dan orang-orang yang di sekitarnya menjadikan itu lelucon" tegas dia.
Hasan mengingatkan para penceramah, termasuk Gus Miftah yang menjadi pusat perhatian dalam kasus ini, untuk menjaga etika komunikasi. "Kita harus tetap menjaga etika komunikasi dalam Islam. Itu namanya adab komunikasi" ujarnya.