Kamis 05 Dec 2024 05:20 WIB

Gus Miftah Diingatkan Soal Adab dan Etika

Kejadian ini menunjukkan pentingnya menjaga adab dalam berbicara.

Rep: MgRol153/ Red: A.Syalaby Ichsan
Gus Miftah saat menyampaikan ceramah di Magelang.
Foto: Dok Istimewa
Gus Miftah saat menyampaikan ceramah di Magelang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polemik seputar ceramah seorang dai Miftah Maulana Habiburokhman yang dianggap menghina seorang penjual es keliling dinilai terjadi karena kurangnya menjaga adab. 

Dr. Hasan Basri Tanjung, M.A. dosen Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun, Bogor menyatakan bahwa ia telah menonton cuplikan video yang viral tersebut. "Emang lagi viral baik secara video tersebar maupun ditulis oleh banyak orang, saya juga sudah menonton cuplikan nya meskipun tidak menonton video secara penuh" ujarnya.

Baca Juga

Menurut dia, kejadian ini menunjukkan pentingnya menjaga adab dalam berbicara, terutama di depan publik. "Ini kan soal adab ya, ini lah kalau sudah terbiasa berbicara di depan panggung, apalagi panggungnya orang-orang terhormat yang sangat disanjung, kadang memang lidah tidak terkendali. Tapi intinya ini adab-adab dalam bicara dan tidak sepatutnya itu terjadi" jelas Hasan.  

Hasan menambahkan bahwa meskipun kata-kata yang digunakan mungkin lazim di kalangan tertentu, maknanya tetap memiliki dampak yang dapat memuliakan tetapi sekaligus menghinakan. Hal ini terutama menjadi lebih bermasalah ketika diucapkan di depan banyak orang dan dijadikan bahan tertawaan.

"Sesungguhnya bukan mentertawakan orang miskin yang sedang jualan itu, tetapi menertawakan dirinya sendiri dan orang-orang yang di sekitarnya menjadikan itu lelucon" tegas dia.  

Hasan mengingatkan para penceramah, termasuk Gus Miftah yang menjadi pusat perhatian dalam kasus ini, untuk menjaga etika komunikasi. "Kita harus tetap menjaga etika komunikasi dalam Islam. Itu namanya adab komunikasi" ujarnya.  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement