REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama RI, Prof Nasaruddin Amin mengungkapkan, masyarakat Muslim Indonesia membutuhkan mushaf Alquran di setiap tahun sebanyak 6 juta eksemplar. Namun, Unit Percetakan Al-Quran di Ciawi Bogor saat ini hanya mampu memenuhi 1,7 juta Alquran.
"Kemampuan untuk dicetak percetakan kita ini 1,7 juta. Sementara kebutuhan kita ini ada sekitar 6 juta eksemplar per tahun . Karena populasi umat Islam kita ini kan 200 jutaan," ujar Nasaruddin saat sambutan dalam acara peluncuran Operasional Gedung Pusat Literasi Keagamaan Islam (PLKI) Unit Percetakan Al-Quran (UPQ) di Ciawi, Kabupaten Bogor, Rabu (4/12/2024).
Jika pun Unit Percetakan Al-Quran mampu memaksimalkan dengan mencetak 2 juta Alquran, kata dia, itu juga belum separuh kebutuhan masyarakat Indonesia.
"Makanya itu umat Islam masih membutuhkan sekitar 4 juta lagi," kata dia.
Menurut dia, pemerintah dalam hal ini perlu mencetak Alquran lebih banyak lagi karena untuk menuhi kebutuhan masyarakat di level bawah. Apalagi, menurut dia, tingkat buta huruf Alquran di Indonesia masih sangat tinggi.
"Mungkin karena keterbatasan Alquran, maka tingkat buta huruf Alquran di Indonesia sangat tinggi," ucap dia.
Berdasarkan hasil penelitian Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta yang melibatkan 3.111 responden di 25 provinsi disimpulkan bahwa 72,25 persen umat Islam di Indonesia itu masih buta huruf.
"Tinggi sekali lohm Itu artinya hanya berapa yang bisa ngaji. Antara lain sebabnya mereka tidak punya Alquran," kata Imam Masjid Istiqlal Jakarta ini.
Selain karena keterbatasan Alquran, menurut dia, yang menyebabkan masyarakat Indonesia masih buta huruf karena guru agama masih terbatas.