REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan hasil pertemuannya dengan Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdhir, bersama sejumlah pimpinan perusahaan AS. Pertemuan itu merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke AS beberapa waktu lalu.
"Saya mendapat kunjungan dari Duta Besar AS dan sejumlah pimpinan perusahaan AS. Pembicaraan tadi spesifik mengenai hasil pembicaraan bilateral Presiden Prabowo yang diturunkan kepada business to business (B2B). AS ingin berpartisipasi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui investasi," ujar Erick usai menerima kunjungan Kamala Shirin di kantor Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2024).
Salah satu fokus diskusi adalah kerja sama di sektor mineral kritis. Erick menyebut Indonesia terbuka terhadap investasi, seperti kerja sama Ford dengan Vale dan Mind ID. "Kalau ada perusahaan otomotif AS lainnya yang mau berinvestasi, kita sangat terbuka," ucap mantan presiden Inter Milan tersebut.
Erick juga menyinggung peluang kerja sama di sektor semikonduktor. Dia mengungkapkan, Indonesia memiliki bahan baku seperti selenium, yang saat ini tengah dikembangkan oleh Freeport.
"Refinery di Gresik, yang mungkin September 2025 sudah menghasilkan produk turunan seperti selenium, bisa menjadi komponen semikonduktor. Kami menawarkan kepada Intel atau perusahaan semikonduktor AS lain untuk berinvestasi di Indonesia, bisa bicara dengan Menteri Investasi," ujar Erick.
Selain mineral kritis dan semikonduktor, lanjut Erick, pertemuan juga membahas kerja sama di sektor kesehatan, pendidikan, minyak dan gas, pertahanan, hingga teknologi. Erick menegaskan pentingnya AS memanfaatkan pasar Indonesia yang besar melalui investasi langsung.
"Saya menantang, kalau bisa pembangunan semikonduktor dilakukan di Indonesia, jangan di negara lain, seperti yang kemarin didorong Pak Presiden dan Menteri Perdagangan mengenai penjualan sebuah merek mobile phone, itu kan sudah diberi macam-macam tapi tidak ada investasinya," ucap Erick.
Dia menyampaikan, Indonesia memiliki bahan baku untuk semikonduktor dan juga memiliki market yang besar. Erick menilai, Intel dapat melirik potensi besar tersebut untuk berinvestasi di Indonesia. "Kalau Intel melihat Indonesia itu market yang besar, kan tidak ada salahnya investasi mulai digerakkan juga di Indonesia dan kebetulan kita punya bahan bakunya," ujarnya.
Erick juga menyoroti peran ekosistem BUMN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain BUMN, lanjut Erick, Indonesia juga memiliki dukungan penuh sektor swasta untuk berperan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen.
"Jadi kerja sama kita sama AS sudah banyak, ada Ford, ada dengan Bio Farma, ada dengan Amazon, itu sudah jalan. Mereka menanyakan bisa lebih besar, Boleh, tergantung mereka mau lihat apa kerja samanya," kata Erick.