REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah tantangan global dan optimisme domestik, Surat Berharga Negara (SBN) termasuk sukuk ritel menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik untuk tahun 2025. Dengan imbal hasil kompetitif, keamanan tinggi, serta dukungan kebijakan pemerintah, instrumen ini cocok untuk investor berbagai profil risiko.
Global Market Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, SBN merupakan instrumen ideal bagi individu yang mengutamakan keamanan aset namun tetap menginginkan imbal hasil menarik. "SBN sangat cocok untuk investor sibuk yang ingin diversifikasi portofolio dengan aset stabil. Sukuk ritel, obligasi ritel, dan seri fixed rate memberikan fleksibilitas tenor sesuai kebutuhan, mulai dari 2 hingga 10 tahun," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/12/2024).
Untuk investor yang mengutamakan prinsip syariah, sukuk ritel atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) menjadi andalan. Sukuk tabungan, misalnya, ideal untuk jangka pendek (2-4 tahun), sementara seri fixed rate cocok untuk investasi jangka panjang.
“Sukuk memberikan alternatif berbasis syariah yang tetap kompetitif dibandingkan instrumen konvensional. Semua pilihan tersedia di pasar sekunder, sehingga memudahkan aksesibilitas,” tambah Myrdal.
Ia menambahkan, untuk prospek investasi di pasar sekunder SBN tahun depan diperkirakan semakin menarik. Ada beberapa faktor kunci yang mendukung hal ini. Pertama, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen pada 2025, didorong kebijakan fiskal agresif pemerintah. Inflasi juga diperkirakan terkendali di bawah 2,6 persen.
-
Kedua, Bank Indonesia (BI) berpeluang menurunkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin, yang akan mendukung penguatan harga obligasi. Secara global, The Fed diprediksi melonggarkan kebijakan moneter, memberikan sentimen positif tambahan.
“Dengan yield obligasi tenor 10 tahun saat ini di kisaran 6,9-7 persen, masih ada peluang penurunan ke 6,65 persen tahun depan, yang berarti harga obligasi dapat meningkat,” jelas Myrdal.
Selain prospek pertumbuhan, pajak kupon SBN yang hanya 10 persen memberikan daya tarik lebih besar dibandingkan instrumen keuangan lainnya. Ini menjadikan SBN pilihan efisien bagi investor, terutama yang ingin mendukung pembangunan nasional.
Platform seperti M2U dari Maybank Indonesia mempermudah akses ke SBN dan produk investasi lainnya, termasuk emas digital dan reksa dana. "Kami memastikan bahwa investor dapat memilih instrumen yang paling sesuai dengan kebutuhan dan profil risikonya," kata Myrdal.
Dian Fath Risalah