Kamis 05 Dec 2024 19:11 WIB

KLH Petakan Isu Lingkungan di Perkotaan Atasi Perubahan Iklim

Indonesia menargetkan pengurangan emisi sebesar 31,89 persen sampai dengan 2030.

Suasana Monas yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Suasana Monas yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengidentifikasi sejumlah isu lingkungan yang kerap ditemui di perkotaan, termasuk masalah sampah dan polusi yang tidak hanya berdampak kepada kesehatan tapi juga menghasilkan emisi gas rumah kaca. Dalam diskusi yang diadakan Yayasan WWF Indonesia di Jakarta, Kamis (5/12/2024), Direktur Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut KLH Mohammad Noor Andi Kusumah mengatakan permasalahan lingkungan menjadi salah satu isu di beragam kota, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah urban.

"Ketika kita membicarakan tambah jumlah penduduk, maka sudah dipastikan timbulan sampah setiap kota itu akan bertambah dan itu tantangan bapak-bapak bupati dan wali kota tidak tambah sedikit," ujar Andi.

Mewakili Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq dalam diskusi tersebut, dia mengatakan KLH juga sudah mengidentifikasi isu polusi udara sebagai salah satu yang kerap dihadapi di berbagai kota, termasuk akibat dari transportasi menggunakan bahan bakar fosil maupun untuk menghasilkan listrik. Tidak hanya itu, terdapat juga potensi isu lingkungan yang diakibatkan peningkatan kebutuhan setelah terjadi pertumbuhan penduduk di perkotaan karena produksi industri yang meningkatkan dapat berpotensi dengan timbulan limbah dan peningkatan emisi.

Karena itu, jelasnya, Indonesia sendiri sudah berkomitmen untuk mengatasi beragam isu tersebut sebagai bagian dari upaya untuk mencapai target iklim yang sudah tertuang dalam dokumen iklim Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC).

Dia memaparkan dalam dokumen tersebut Indonesia menargetkan pengurangan emisi sampai dengan 2030 mencapai 31,89 persen dengan upaya sendiri dan sebesar 43,2 persen apabila mendapatkan dukungan internasional. Beberapa program sudah didorong, termasuk menekan emisi dari sektor kehutanan dan energi melalui pencegahan deforestasi dan transisi energi, serta dari menekan produksi metana dari limbah dengan perbaikan pengelolaan sampah.

Di sisi lain, kata dia, Indonesia sebagai negara berkembang masih harus melakukan pembangunan yang juga akan menghasilkan emisi dalam kegiatan tersebut. "Jadi ketika kita mulai punya komitmen ingin mengurangi emisi gas rumah kaca, dengan tadi saya bilang penduduk yang tambah banyak, kebutuhan lain yang tambah tinggi, upaya yang dibutuhkan akan menjadi lebih ekstra," ucapnya.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement