Sabtu 07 Dec 2024 08:37 WIB

Ditanya Soal Gus Miftah, Ini Jawaban Gus Baha di Depan Prof Quraish dan Rektor UII

Gus Baha mengisyaratkan pentingnya kapasitas diri seseorang

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
KH Ahmad Bahauddin alias Gus Baha merespons polemik Miftah Maulana yang menghina penjual es teh.
Foto: Tangkapan layar
KH Ahmad Bahauddin alias Gus Baha merespons polemik Miftah Maulana yang menghina penjual es teh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tokoh alim muda Nahdlatul Ulama KH Ahmad Bahauddin Nur Salim, atau kerap disapa Gus Baha, mendapat pertanyaan dari peserta yng hadir terkait dengan kasus yang menimpa Gus Miftah belakangan ini.

Jawaban Gus Baha tersebut disampaikan saat Ngaji Bareng bersama Prof Quraish Shihab & Gus Baha: Memahami Alquran dengan Meneladan Rasulullah yang digelar Universitas Islam Indonesia (UII), di Yogyakarta, Kamis (5/12/2024).

Baca Juga

Dalam pernyataannya, Gus Baha tampak menghindari menjawab pernyataan secara tegas dan hanya memberikan isyarat tentang pentingnya kapasitas diri bagi seorang dai atau ulama.

“Ini (saya jawab) yang provokatif dulu, semoga diampuni Allah Wa Ta'ala (sambil tertawa), saya itu ndak medsosan (tidak aktif di medsos), tapi ya dengar laporan macam-macam lah tentang sekian pihak, saya cerita, biar sampeyan tahu kalau pak rektor (UII Abdul Wahid) ini undang saya ga salah, emang benar-benar pemateri yang baik, ya kalo kata Nabi Yusuf inni hafidzun alaihim, orang boleh dzikru manaqibi nafsihi, orang boleh menceritakan kelebihannya, asal faktual.

BACA JUGA: Mengapa Surat Al-Waqiah Berada Setelah Ar-Rahman, Apakah Ada Hubungan Antarkeduanya?

Begini ini cerita di kitab Ihya Ulumiddin, suatu saat Nabi Musa sholat istisqa, whooo itu doa apa saja tidak kepakai, ga mandi, nabi musa loh, ga mandi, tetap gak mandi, kata Allah inna fihim namman, di komunitas Anda ada tukang adu-adu provokator, maka kamu doa apa saja tetap tidak akan saya ijabahi, ya gampang, kata Nabi Musa, tunjukkan orang itu siapa nanti saya usir dari majelis, jawabnya Allah itu lucu: Saya ini Dzat yang mengharamkan nammam, namimah, kalau saya tunjuk orang itu berarti saya jug nammam. Intinya Allah mengabaikan sekian peristiwa nammam, jadi kalo pertanyaan provokasi seperti itu pasti diabaikan oleh Allah Taaala, karena itu nanti repot, kalau saya termasuk gus yang asli (sambil tertawa dan diikuti riuh tawa peserta yang hadir). Lha ini pak Fathul Wahid tahu betul dengan keluarga saya karena beliau ngajinya di Jepara."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement