Setelah menyelesaikan tugas mengusir makhluk halus dari Jawa, Aji Saka pulang disertai oleh Empu Sengkala. Aji Saka mendapat tugas ke Jawa, setelah 20 ribu keluarga Romawi yang dikirim ke Jawa tersisa 20 keluarga karena wabah penyakit empat tahun di Jawa.
Kaisar Romawi, Lucius Livius Ocella Sulpicius Galba hanya berkuasa tujuh bulan sebelum meninggal pada 19 Januari 69 Masehi. Berarti, ketika Aji Saka pulang ke Romawi bersama Empu Sengkala, sudah tidak bertemu dengan Kaisar Galba.
Menurut Serat Mahaparwa yang ditulis Empu Satya, setelah beberapa lama tinggal di Romawi, Empu Sengkala diperintah pulang ke Jawa oleh Kaisar Markus Otho. Empu Sengkala diminta membawa serta 20 ribu keluarga dari negeri beriklim panas di Asia.
Tujuannya agar mereka segera beradaptasi dengan Tanah Jawa yang juga panas. Cerita di Serat Mahaparwa ini diceritakan kembali oleh Dr Purwadi di buku History of Java, Melacak Asal Usul Epigrafi Jawa.
Sebelumnya, Kaisar Galba mengirim 20 ribu keluarga Romawi ke Tanah Jawa. Tapi ketika ada wabah penyakit, mereka banyak yang meninggal.
Wabah berlangsung hingga empat tahun, dari 20 ribu keluarga tinggal 20 keluarga. Yang tersisa ini kemudian pulang lagi ke Romawi, yang mendorong Kaisar Romawi mengirim Aji Saka untuk mengatasi wabah.
Aji Saka menanam lima tumbal di Tanah awa untuk mengusir makhluk halus dari Tanah Jawa. Makhluk-makhluk halus yang menghuni gunung-gunung di Jawa berlindung ke laut selatan.
Setelah menanam tumbal, Aji Saka kemudian kembali ke Romawi, disertai oleh Empu Sengkala. Diperintah kembali ke Tanah Jawa, Empu Sengkala mendapat 1.500 keluarga bangsa Keling dari tanah panas India.
Membawa 40 perahu Empu Sengkala berlayar ke Pulau Jawa, tapi terlebih dulu mampir di beberapa negeri yang juga beriklim panas. Di Srilanka ia mendapat 2.000 keluarga. Dari Siam juga mendapat 2.000 keluarga.
Dan seterusnya. Hingga akhirnya, dari negeri-negeri tropis di Asia itu ia mendapatkan 20 ribu keluarga. Ia lalu meneruskan perjalanan.
Sebanyak 20 kapal yang berisi 10 ribu keluarga tiba di Pulau Bawean. Sebanyak 20 kapal lagi yang mengangkut 10 ribu keluarga lagi, tiba di Pulau Pawiniyan, yang kelak menjadi Pulau Karimun Jawa.
Lagi-lagi wabah penyakit menyerang, kendati makhluk halus sudah diusir Aji Saka ke laut selatan. Menurut CW Leadbeater di buku Sejarah Gaib Pulau Jawa, Aji Saka menanam tumbal tidak hanya di lima lokasi, melainkan tujuh lokasi.
Tanah Jawa, lanjut Leadbeater, sudah dikuasai kekuatan jahat yang dibawa oleh orang-orang Atlantis. Kekuatan-kekuatan jahat itu sudah ditambatkan kuat-kuat di titik-titik tertentu oleh orang-orang dari Atlantis itu.
“Titik-titik ini biasanya bertepatan dengan kawah-kawah dari berbagai gunung api. Agaknya karena kawah-kawah ini biasanya ditempati oleh hantu-hantu yang ganjil macamnya dan memiliki suatu keuletan yang luar hiasa,” tulis Leadbeter.
Karena wabah penyakit, dari 10 ribu keluarga Asia .... (lihat halaman berikutnya)
Karena wabah penyakit, dari 10 ribu keluarga Asia yang mendarat di Bawean ada sekitar 1.000 keluarga meninggal. Sedangkan yang tiba di Pulau Pawiniyan hampir 8.000 keluarga yang meninggal.
Dari keseluruhan keluarga yang dibawa dari Tanah Asia yang diabwa Empu Sengkala --utusan kedua setelah Aji Saka-- akhirnya tinggal sekitar 11 ribu keluarga. Empu Sengkala mencari penggantinya, sekitar 9.000 keluarga, dari Pulau Baruni (Pulau Borneo) dan Pulau Makassar (Pulau Sulawesi).
Genap lagi 20 ribu keluarga, yang lalu dibawa ke Bawean dan Pawiniyan, lalu disebar ke Sumatra dan Jawa. Mereka menggantikan 20 ribu keluarga Romawi yang habis karena wabah penyakit sebelumnya.
Mereka membuka hutan untuk membangun perkampungan. Usai tugas, Empu Sengkala kembali ke Romawi.
Suatu saat ia diutus lagi oleh Kaisar Romawi, Otho, untuk menengok mereka di Jawa. Serat Mahaparwa menyebut Kaisar Otho (Markus Otho) adalah anak Kaisar Galba.
Cerita aslinya tidak demikian. Kaisar Otho bukan anak Galba. Ia naik tahta setelah memberontak dan membunuh Kaisar Galba.
Dari Romawi, Empu Sengkala menengok Jawa dengan membawa serta orang-orang Romawi. Melihat kehidupan di Jawa, orang-orang Romawi yang menyertai Empu Sengkala itu memutuskan menetap di Jawa.
Ma Roejan