REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports memastikan kesiapan penuh dalam mengantisipasi potensi cuaca buruk selama masa libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Penanggung Jawab Sementara (Pgs) Corporate Secretary Group Head PT Angkasa Pura Indonesia Arie Ahsanurrohim mengatakan langkah-langkah mitigasi telah disiapkan untuk memastikan kelancaran operasional bandara dan kenyamanan para penumpang.
"Terkait kondisi cuaca buruk, prinsipnya kita sudah menyiapkan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi risiko, baik melalui kesiapan personel, prosedur, dan peralatan," ujar Arie saat dihubungi Republika di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Arie menyampaikan Angkasa Pura Indonesia juga berkoordinasi secara intensif dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menjadi elemen kunci dalam mendukung upaya mitigasi.
"Angkasa Pura Indonesia terus berkoordinasi intens dengan BMKG sebagai salah satu hal yang mandatory. Data dari BMKG menjadi landasan pengambilan keputusan manajemen dalam operasional bandara," ucap Arie.
Sebagai bagian dari langkah antisipasi, sambung Arie, Angkasa Pura Indonesia juga telah menyiapkan operasional bandara untuk menghadapi potensi keterlambatan penerbangan. Arie menilai sejumlah langkah tersebut bertujuan untuk memastikan kelancaran mobilitas masyarakat selama periode libur akhir tahun yang biasanya mengalami peningkatan jumlah penumpang secara signifikan
"Kami membuka jam operasional penerbangan hingga 24 jam untuk mengantisipasi keterlambatan (delayed) dan menyiapkan Terminal Operation Control Centre sebagai pusat komando operasional," kata Arie.
Tak hanya Angkasa Pura Indonesia, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) pun mengimbau seluruh pengguna jasa kapal feri untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem menjelang libur Nataru.
Corporate Secretary ASDP Shelvy Arifin mengingatkan pengguna jasa feri di lintasan utama seperti Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk agar mempersiapkan perjalanan dengan matang. "Kami menyarankan pengguna jasa untuk merencanakan keberangkatan lebih awal sebelum puncak arus libur Nataru serta tetap waspada dengan risiko yang muncul dengan terjadinya cuaca ekstrem yang berdampak pada terganggunya layanan penyeberangan," ucap Shelvy.
ASDP, lanjut Shelvy, telah menyiapkan langkah mitigasi, termasuk bersama dengan KSOP dan BPTD selaku regulator dan mitra kerja terkait dalam pengoperasian kapal-kapal berukuran besar untuk menjamin kelancaran dan keamanan perjalanan. Shelvy menyampaikan seluruh armada yang dioperasikan pada layanan Nataru telah menjalani pemeriksaan alat keselamatan yang sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP).
"Terkait kondisi cuaca ekstrem yang diprediksi terjadi hingga awal tahun depan, ASDP terus berkoordinasi dengan BMKG dan stakeholder lain, dan terus memantau kondisi cuaca dan memberikan pembaruan terkini kepada masyarakat guna memastikan layanan berjalan optimal," kata Shelvy.
Sebelumnya, Kepala BMK Dwikorita Karnawati mengatakan cuaca ekstrem pada akhir tahun ini dipengaruhi oleh lebih dari satu faktor. Dwikorita menyebut mitigasi bencana hidrometeorologi merupakan hal yang sangat mendesak untuk dilakukan.
"Saat ini bahkan sudah bukan waspada lagi, tapi siaga bencana hidrometeorologi yang disebabkan peningkatan curah hujan yang sangat tinggi," ujar Dwikorita.
Dwikorita mengingatkan masyarakat, termasuk pengguna transportasi laut, untuk lebih berhati-hati dan mengantisipasi risiko perjalanan selama periode ini. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita memprediksi Desember hingga Januari sebagai puncak musim hujan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Jawa, Lampung, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan.