Rabu 11 Dec 2024 17:16 WIB

Mengapa Assad Begitu Mudah Tinggalkan Suriah tanpa Perlawanan, Kemana Iran? Ini Faktanya

Assad justru ingin meninggalkan dominasi Iran tetapi tertipu AS

Spanduk raksasa Presiden Suriah Bashar Assad tergantung di fasad sebuah bangunan, saat pejalan kaki melewati jalan-jalan kosong di Damaskus, Suriah, Sabtu, 7 Desember 2024.
Foto: AP Photo/Omar Sanadiki
Spanduk raksasa Presiden Suriah Bashar Assad tergantung di fasad sebuah bangunan, saat pejalan kaki melewati jalan-jalan kosong di Damaskus, Suriah, Sabtu, 7 Desember 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN— Tergulingnya pemerintahan Bashar Al-Assad atas Suriah, memunculkan tanda tanya di banyak kalangan. Mengapa Assad, yang mempertahankan mati-matian singgasananya, bisa dengan mudah ‘meninggalkan’ kekuasaannya dengan muda?

Sebuah analisis Mehr News Agency, dikutip Republika.co.id, Rabu (11/12/2024, menjelaskan pemerintahan Assad runtuh karena mengabaikan peringatan Iran tentang meningkatnya ancaman teroris yang berbasis di Idlib dan salah perhitungan serta terbujuk oleh janji-janji kosong tentang pencabutan sanksi.

Baca Juga

Ahad (8/12/ 2024), menjadi titik balik dalam sejarah Suriah. Setelah 54 tahun Partai Baath dan keluarga Assad menguasai politik dan tanah bersejarah "Negeri Syam", para teroris berhasil dalam waktu 10 hari mengakhiri kekuasaan dokter spesialis mata lulusan London tersebut setelah menaklukkan Aleppo, Hama, Homs, Daraa, dan akhirnya Damaskus.

Dengan jatuhnya Damaskus, semua pusat pemerintahan dan militer berada di bawah kendali para teroris. Perdana Menteri Suriah berjanji untuk mengadakan pemilihan umum yang bebas untuk menentukan konstitusi dan penguasa masa depan Suriah sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254.

Menurut kantor berita TASS milik pemerintah Rusia, Bashar al-Assad dan keluarganya telah tiba di Moskow pada Ahad dan menerima suaka politik dari Rusia.

Panglima militer Israel, Herzi Halevi, yang melihat kondisi yang matang untuk melebarkan perang ke Suriah, secara resmi mengumumkan bahwa rezim Zionis akan memulai serangan ke Suriah selatan.

Sekarang pertanyaan yang muncul di benak kita adalah: bagaimana oposisi bersenjata dapat bergerak menuju ibu kota tanpa perlawanan dari tentara atau rakyat Suriah dan menyerbu ibu kota negara itu tanpa perlawanan?

Mengapa sejarah tidak terulang kembali dan Assad gagal mempertahankan kekuasaannya kali ini, tidak seperti pada 2011? Mengapa Assad tidak meminta bantuan kepada Pemberontak?

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

Di tengah pergerakan oposisi Suriah di Provinsi Idlib dan situasi kacau tentara Suriah di berbagai lini, sekelompok penasihat militer Iran melakukan kunjungan ke Damaskus untuk memperingatkan tentang perkembangan yang sedang berlangsung di negara Arab tersebut bulan lalu.

BACA JUGA: Didatangi Oposisi Bersenjata Suriah, Begini Pengakuan Mahasiswa Indonesia di Damaskus

Informasi yang diperoleh dari badan-badan keamanan mengindikasikan bahwa para teroris yang ada di Idlib telah memulai gerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melatih pasukan dan melengkapi mereka dengan berbagai jenis senjata ofensif dan defensif.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement