REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wajarlah bila setiap Mukmin mengidam-idamkan kematian syahid. Memang, kapan waktu ajal dan di mana nyawa diambil, itu merupakan rahasia Allah. Namun, sah-sah saja atau bahkan dianjurkan bahwa orang Islam menginginkan akhir yang baik (husnul khatimah).
وَمَا تَدۡرِىۡ نَفۡسٌ مَّاذَا تَكۡسِبُ غَدًا ؕ وَّمَا تَدۡرِىۡ نَـفۡسٌۢ بِاَىِّ اَرۡضٍ تَمُوۡتُ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ
"Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal" (QS Luqman: 34).
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan, (yakni) dosanya akan diampuni sejak awal kematiannya; diperlihatkan tempat duduknya di surga; dijaga dari siksa kubur; diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur; diberi mahkota kemuliaan—yang satu permata darinya lebih baik daripada dunia seisinya; (serta) dinikahkan dengan 72 bidadari dan diberi hak untuk memberikan syafaat kepada 70 orang dari keluarganya” (HR at-Tirmidzi).
Ada tiga macam kematian syahid. Apa sajakah itu?
Syahid dunia-akhirat