Rabu 11 Dec 2024 22:10 WIB

Teknologi Penyeimbang Dapat Bantu RI Capai Target Nol Emisi

Indonesia berada pada posisi yang unik untuk merealisasikan transisi energi.

Sebuah kapal melintas di dekat solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sebuah kapal melintas di dekat solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wartsila, perusahaan teknologi sektor energi berbasis di Finlandia, mengusulkan penerapan teknologi pembangkit listrik yang seimbang. Teknologi itu dinilai menjadi kunci bagi Indonesia untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

Direktur Penjualan Wartsila Energy Indonesia Febron Siregar mengatakan pencapaian target nol emisi bersih Indonesia pada tahun 2060 dapat dilakukan dengan teknologi yang ada, yaitu dengan menambahkan energi terbarukan dan teknologi penyeimbang tenaga listrik sambil menghentikan secara bertahap pembangkit listrik yang tidak fleksibel.

“Memperluas pembangkit energi terbarukan dengan cepat dalam jangka pendek sangat penting untuk mencapai target emisi nol bersih,” ujar dia, Rabu (11/12/2024).

Dalam hasil pemodelan sistem kelistrikan sebelumnya, Wartsila menemukan kapasitas daya terbarukan di Indonesia harus 3-4 kali lebih tinggi dari target 2030 saat ini.

Misalnya, di jaringan Sulawesi, kapasitas tenaga surya yang direncanakan hanya 300 megawatt (MW) pada 2030. Namun, untuk mencapai target emisi nol bersih, kapasitas ini harus ditingkatkan menjadi 1.200 MW.

Pemerintah Indonesia, melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), menargetkan 58 GW energi terbarukan pada 2040. Namun, selama COP29, pemerintah menaikkan target tersebut menjadi 75 GW. Febron menekankan bahwa pembangkit listrik berbahan bakar gas sebagai teknologi transisi dapat memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan energi terbarukan.

Salah satu usulan Wartsila adalah memungkinkan percepatan perluasan energi terbarukan dan teknologi penyeimbang untuk memastikan listrik terjangkau.

Berdasarkan hasil laporan Wartsila bertajuk “Crossroads to net zero”, penggunaan teknologi pembangkit penyeimbang yang mendukung energi terbarukan dapat menghemat biaya sistem tenaga listrik global hingga 65 euro triliun pada tahun 2050.

Menurut Febron, Indonesia berada pada posisi yang unik untuk mempercepat transisi energi dengan, karena memiliki pembangkit listrik bermesin pembakaran internal fleksibel berkapasitas 5 GW, seperti yang terlihat di Lombok, Bali, dan banyak lokasi lainnya.

“Pembangkit listrik bermesin fleksibel akan memainkan peran penting dalam menyediakan daya penyeimbang. Hal ini akan membantu Indonesia mengintegrasikan lebih banyak sumber energi terbarukan, sekaligus mengurangi biaya dan emisi CO2, sehingga semakin mendekati target emisi nol bersih pada tahun 2060,” kata Febron.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement