REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE- NU Care-LAZISNU bersama UNHCR Indonesia menyalurkan bantuan secara langsung kepada para pengungsi Rohingya di Kabupaten Pidie, Aceh pada Rabu (11/12/2024).
Pengurus LAZISNU PBNU, Riri Khariroh mengungkapkan tujuan utama penyaluran bantuan bagi pengungsi Rohingya adalah untuk membantu para pengungsi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
“NU Care-LAZISNU sebagai lembaga filantropi Islam di bawah naungan Nahdlatul Ulama memiliki fokus terhadap isu-isu kemanusiaan. Dan PBNU sendiri memiliki komitmen yang sangat jelas bahwa pengungsi Rohingya ini harus dibantu,” ungkap Riri usai penyaluran bantuan.
Menurutnya, bantuan untuk pengungsi Rohingya merupakan kontribusi terhadap kemanusiaan.
“Ini panggilan kemanusiaan bagi kami di NU Care-LAZISNU, dan paling tidak kami bisa sedikit memberikan kontribusi terhadap kemanusiaan, dalam hal ini untuk pengungsi Rohingya di Aceh,” katanya.
Adapun bantuan yang didistribusikan berupa kebutuhan dasar seperti bahan makanan untuk 170 jiwa pengungsi Rohingya di Kamp Mina Raya, Kabupaten Pidie.
“Sementara ini kami memberikan bantuan berupa bahan makanan, minuman, basic need selama satu bulan bagi para pengungsi di sini. Ada 170 pengungsi di kamp atau tempat pengungsian sementara di Pidie ini, yang kami harap kebutuhan sehari-harinya bisa terpenuhi,” jelas Riri.
Usai kunjungan ke Kamp Mina Raya, Tim NU Care-LAZISNU dan UNHCR Indonesia melanjutkan perjalanan, melihat dan menyapa pengungsi Rohingya di Kamp Kulee.
Pada kegiatan tersebut hadir Representative UNHCR Indonesia, Francis Teoh yang turut menyapa pengungsi di tenda-tenda di tepi pantai Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie.
Riri pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada UNHCR Indonesia sebagai mitra dan para donatur yang telah menitipkan amanah kepada NU Care-LAZISNU untuk menyalurkan bantuan bagi kelompok-kelompok yang membutuhkan, termasuk pengungsi Rohingya.
“Para donatur memiliki kontribusi yang sangat penting untuk mengangkat derajat para pengungsi Rohingya agar kehidupan mereka bisa jauh lebih baik, meskipun saat ini mereka masih harus terpaksa hidup di kamp-kamp pengungsian sementara,” ujarnya.
Ketua NU Care-LAZISNU Aceh, Tengku Akmal Abzal yang turut serta dalam kegiatan, berharap UNHCR dapat intens berkomunikasi dengan stakeholder setempat agar pengungsi Rohingya di Pidie mendapat perhatian maksimal.
“Mudah-mudahan UNHCR bisa terus membangun komunikasi dengan segenap stakeholder lokal, agar kondisi pengungsi terus mendapat dukungan dan perhatian yang maksimal, agar masyarakat memahami di mana posisi UNHCR dan di mana stakeholder setempat terkait pengungsi Rohingya ini,” katanya.
Sementara itu, Staf UNHCR Indonesia Unit Filantropi Islam, Muhammad Thoriq Helmi menyampaikan kemitraan dengan NU Care-LAZISNU adalah kemitraan yang sangat strategis.
“Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar menjadi contoh mengenai kepedulian terhadap para pengungsi, khususnya saat ini pengungsi Rohingya di Aceh. Dengan didukung oleh NU Care-LAZISNU, kami melihat kolaborasi ini sangat baik untuk kemaslahatan yang berkelanjutan,” ucap Thoriq.
Dia mengatakan bantuan NU Care-LAZISNU sangat bermanfaat untuk keberlanjutan program bagi para pengungsi Rohingya.
“Kami ucapkan terima kasih kepada NU Care-LAZISNU. Bantuan dari NU Care-LAZISNU ini sangat-sangat bermanfaat dan dibutuhkan dalam konteks keberlanjutan program bagi pengungsi Rohingya, di antaranya meningkatkan pembelajaran bagi anak-anak, pemberdayaan ibu-ibu Rohingya, yang itu semua tentu melibatkan masyarakat lokal,” bebernya.
Salah seorang pengungsi Rohingya, Hasyimullah (40) mewakili para pengungsi, mengucapkan terima kasih atas bahan makanan yang selama sebulan dibantu oleh NU Care-LAZISNU.
“Warga pengungsi di sini sangat berterima kasih atas bantuan bahan makanan yang setiap hari (satu bulan) di-support oleh Nahdlatul Ulama. Sekali lagi terima kasih atas perhatian, kepedulian, dan bantuan yang diberikan,” ucap Hasyimullah dalam bahasa Indonesia yang baik.
BACA JUGA: Mengapa Stabilitas Suriah Penting dan Jangan Sampai Jatuh di Tangan Pemberontak?
Untuk diketahui, Hasyimullah adalah salah satu dari 170 orang pengungsi Rohingya yang sudah mahir berbahasa Indonesia. Ia adalah pengungsi gelombang pertama yang berangkat berlayar dari kamp di Cox’s Bazar Bangladesh pada akhir 2022.
Sudah dua tahun hidup bersama keluarga di Kamp Mina Raya, saat ini ia bertugas sebagai kepala dapur umum bersama ibu-ibu dari warga lokal yang setiap hari membantu menyediakan makanan untuk para pengungsi.