REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan yang saling memberdayakan akan menguatkan satu sama lain. Setidaknya itu yang dirasakan Sri Agustina, pengrajin kain batik asal Cirebon yang merupakan nasabah pembiayaan ultramikro BTPN Syariah.
"Dulu saya hanya stok satu kain batik saja tidak ada yang beli, susah sekali menjualnya," katanya, hampir menangis karena mengenang masa lampau yang tidak mudah.
Kini, Sri mengatakan bisa stok 100 kain dan itu pun mudah terjual. Tidak ada yang melegakan hatinya selain berdaya menghasilkan pendapatan sendiri hingga bisa menyekolahkan anak-anaknya.
Profil nasabah BTPN Syariah adalah perempuan prasejahtera. Mereka kesulitan secara ekonomi dan jauh dari standar mapan masyarakat. Sehingga memiliki usaha kain batik yang kini maju pesat, bagaikan hal tidak mungkin yang kini ia sangat syukuri.
Dalam Talkshow Bunga Rampai yang digelar BTPN Syariah, beberapa waktu lalu, Sri berbagi cerita mengenai titik balik yang membuatnya kini naik kelas. Ia tidak hanya mendapatkan akses keuangan berupa pembiayaan dari BTPN Syariah, tetapi juga pendampingan konsisten berupa akses pengetahuan, akses bahan baku hingga sarana penjualan.
"Saya dulu sebelum menjadi nasabah pembiayaan, tidak memiliki keberanian usaha, tapi sekarang Alhamdulillah, usaha saya bisa bertumbuh, hingga memiliki toko batik Cahaya Murni," tutur Sri.
Dalam memberdayakan masyarakat inklusi, BTPN Syariah membuka kesempatan kepada seluruh pihak untuk turut terlibat terjun langsung. Terutama nasabah pendanaan, yang tidak hanya memiliki dana untuk disalurkan pada nasabah pembiayaan, tapi juga akses pengetahuan dan keahlian.
Salah satunya adalah Dhanny Dahlan, yang punya fokus memberdayakan pengrajin tenun melalui organisasi Cita Tenun Indonesia. Dhanny berbagi cerita tentang memiliki kesamaan value yang dimiliki oleh dirinya dengan BTPN Syariah, yakni untuk terlibat langsung dalam memberdayakan perempuan inklusi. Ia merasa BTPN Syariah merupakan tempat yang tepat dalam menyalurkan kebaikan.
"Saya bersyukur menempatkan dana di BTPN Syariah dan keinginan saya untuk bermanfaat bagi sesama difasilitasi oleh Bank. Karena saya mengetahui bahwa dana yang disimpan, disalurkan sepenuhnya untuk memberdayakan perempuan," cerita Dhanny.
Dhanny Dahlan punya harapan tenun Indonesia bisa menjadi gaya hidup. Sehingga perempuan-perempuan dalam bisnis ini, menurutnya, harus saling menjaga dan membantu agar tercipta ekonomi semua pihak bisa maju.
Direktur BTPN Syariah Dewi Nuzulianti menyampaikan Talkshow Bunga Rampai dibuat dengan tujuan tersebut. Kegiatan yang baru pertama dilakukan ini mempertemukan perempuan–perempuan berdaya, merangkai kumpulan cerita inspiratif yang satu-persatu, dan dibangun dengan semangat berani berusaha, disiplin, kerja keras dan saling bantu.
Menurutnya, BTPN Syariah senantiasa fokus memberdayakan masyarakat inklusi di berbagai pelosok daerah di mana perempuan menjadi target utama Bank karena memiliki andil besar dalam menyejahterakan perekonomian keluarga. BTPN Syariah percaya, apabila perempuan berdaya, maka keluarga pasti berdaya, masyarakat berdaya, bangsa dan negara juga akan berdaya.
"Perempuan akan menginspirasi dan saling memberdayakan, seperti saat nasabah pendanaan Dhanny Dahlan yang juga seorang desainer dipertemukan dengan nasabah pembiayaan, pelaku usaha ultra mikro Ibu Sri Agustine, Pengrajin Batik dari Cirebon, mereka saling berbagi cerita dan akhirnya bisa menginspirasi," katanya.
Dewi mengatakan, BTPN Syariah berkomitmen menciptakan produk dan layanan yang tepat, sesuai aspirasi nasabah. Bagi nasabah pendanaan dengan menempatkan dana di BTPN Syariah, diberikan kesempatan untuk bersama-sama memberdayakan masyarakat inklusi dan memperpanjang kebaikan. Sementara untuk nasabah pembiayaan diberikan empat akses sekaligus kepada nasabah, mulai dari akses keuangan, pengetahuan, supply, dan market.
Sebagai informasi, hingga kuartal III 2024, BTPN Syariah telah menghimpun dana sebesar Rp 11,8 triliun dan sepenuhnya disalurkan sebagai pembiayaaan Rp 10,3 triliun kepada para perempuan inklusi di pelosok Indonesia yang tersebar di 2.600 kecamatan.