REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencatat lebih dari 330 juta masyarakat memanfaatkan layanan kereta api, Kereta Rel Listrik (KRL), di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sepanjang 2024. Ratusan juta pengguna kereta api atau dikenal dengan anak kereta (anker) tersebut dinilai berkontribusi terhadap upaya mengurangi polusi di Jakarta dan sekitarnya.
KAI menyoroti, dalam beberapa hari terakhir kualitas udara di wilayah Jabodetabek menjadi perhatian publik setelah mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai level bersih dan segar. Data menunjukkan tingkat PM2.5 (istilah untuk partikel halus di udara yang memiliki diameter kurang dari 2,5 mikrometer) di Jakarta turun hingga di bawah angka 10, menjadikannya salah satu yang terendah dan sebanding dengan kota-kota terbersih di dunia. Situs IQAir mencatat Air Quality Index (AQI) Jakarta berada dalam kategori sedang.
“Perbaikan kualitas udara tentunya tidak hanya bergantung pada fenomena alam, selain itu ada juga peran aktif masyarakat dalam mendukung transportasi berkelanjutan. Salah satunya adalah meningkatnya penggunaan moda transportasi kereta api, yang berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon dan polusi udara di Jabodetabek,” ujar Vice President Public Relations KAI Anne Purba dalam keterangannya, beberapa waktu lalu.
Menurut data, dari Januari—November 2024, KAI Group mencatat total 333.371.342 penumpang yang telah memanfaatkan layanan transportasi kereta api di wilayah Jabodetabek.
Perinciannya, sebanyak 9.714.046 penumpang tercatat menggunakan layanan kereta jarak jauh dan lokal yang dioperasikan oleh KAI Daerah Operasi 1 Jakarta, dan 18.891.719 penumpang memilih LRT Jabodebek. Lalu, layanan Whoosh yang dikelola KCIC yang baru diluncurkan telah mencatat 5.436.535 penumpang pada periode yang sama. Adapun, Commuter Line (KRL) yang menjadi andalan mobilitas sehari-hari di Jabodetabek mencatat pengguna terbanyak dengan jumlah fantastis, yaitu 299.329.042 pengguna sepanjang periode Januari—November 2024.
“Pencapaian tersebut mencerminkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap moda transportasi massal yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan yang dikelola oleh KAI Group,” terangnya.
Anne mengatakan, efisiensi kereta api dapat dilihat dari kapasitas angkut yang besar. Dalam sekali jalan, 1 rangkaian kereta api jarak jauh terdiri dari 8 hingga 14 kereta penumpang dengan kapasitas hingga 1.120 tempat duduk. Jika dibandingkan dengan mobil pribadi berkapasitas tujuh orang atau motor berkapasitas dua orang, maka satu perjalanan kereta api dapat menggantikan 160 mobil atau 560 motor.
Kementerian Perhubungan juga menyampaikan bahwa emisi yang dihasilkan kereta api jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan mobil atau pesawat. Dalam 200 mil perjalanan, emisi yang dihasilkan mobil atau pesawat lima kali lipat jika dibandingkan dengan kereta api.
Adapun, berdasarkan penelitian dari Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris via Our World in Data, emisi setara CO2 per penumpang per km pada kereta adalah 41 gram, sepeda motor 103 gram, dan mobil 192 gram.
Dengan demikian, perjalanan kereta api dengan penumpang hanya menghasilkan 45.920 gram Co2 per km, jauh lebih rendah dibanding motor sebanyak 115.360 gram CO2, dan mobil sebanyak 215.040 gram CO2.
Sebagai contoh, untuk perjalanan Commuter Line satu rangkaian terdiri atas 8-12 kereta dengan kapasitas maksimal 3.000 pelanggan. Jumlah 1 rangkaian Commuter Line ini mampu menggantikan penggunaan 428 mobil pribadi dan 1.500 motor.
View this post on Instagram
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang beralih ke transportasi kereta api, pelanggan kereta api berhasil mengurangi emisi CO2 secara signifikan. Setiap hari, penggunaan kereta api mengurangi sekitar 2.141 ton CO2 dan dalam setahun total pengurangan mencapai sekitar 780.528 ton CO2.
“Dampak ini sangat besar terhadap kualitas udara di Jabodetabek, berkontribusi menciptakan udara yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat. KAI Group terus berkomitmen untuk mendukung kebiasaan masyarakat beralih ke transportasi massal yang lebih ramah lingkungan. Upaya ini sejalan dengan tujuan kami menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan, sekaligus mendukung salah satu pencapaian SDGs di Indonesia,” jelasnya.
Anne menekankan, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan, Anne mengatakan KAI Group optimistis dapat terus berkontribusi dalam mengurangi polusi udara di wilayah perkotaan.