Rabu 18 Dec 2024 15:01 WIB

Bangun Desa Cerdas, Kementerian Desa Perkuat Literasi Digital dengan OVP

Akademi desa tingkatkan literasi digital menuju desa cerdas.

Ilustrasi warga desa memanfaatkan perangkat digital untuk merekam proses pertanian.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Ilustrasi warga desa memanfaatkan perangkat digital untuk merekam proses pertanian.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Badan Pengembangan dan Informasi (BPI) Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) menyatakan bahwa platform Akademi Desa yang berbasis video daring atau online video platform (OVP) dapat meningkatkan literasi digital menuju desa cerdas.

"Memang ini (Akademi Desa) pada akhirnya sesuai dengan narasi besar kementerian, soal pentingnya literasi digital bagi masyarakat desa. OVP ini juga bagian dari literasi digital masyarakat desa, di mana orang bisa memanfaatkan media, perangkat, ponsel dan lain-lain dengan tujuan untuk memperkuat literasi digital," kata Tenaga Ahli BPI Kemendes PDT Dwi Winarno saat ditemui di Badung, Bali, Senin (16/12) malam.

Baca Juga

Dwi menegaskan, literasi digital tidak bisa dimaknai sekadar membaca teks, tetapi kemampuan membaca dan menyebarkan informasi dalam bentuk apapun, termasuk audio-visual.

"Literasi digital ini jangan dimaknai hanya sekedar membaca teks, kalau literasi dimaknai hanya teks kan jadi keliru. Nah, ini dimaknai juga sebagai membaca yang sifat atau bentuknya adalah audio-visual untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru dan membagikan kepada orang banyak," ujar dia.

Menurutnya, jika dibandingkan dengan media sosial, OVP memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat meningkatkan fokus pembaca karena menampilkan video-video tentang praktik baik desa secara menyeluruh dan tidak memotong bagian-bagian tertentu saja seperti di media sosial.

"Kalau media sosial itu kan biasanya hanya mempartisi bagian-bagian yang dianggap menarik oleh publik, sehingga seringkali memang durasinya menjadi pendek dan pemahaman orang jadi tidak utuh. Nah memang ada kelemahan dan kelebihan, kelebihannya OVP ini dari sisi durasi lebih panjang dan orang jadi lebih banyak tahu secara utuh," ucapnya.

Ia juga menegaskan bahwa OVP tidak membatasi penggunaan alat dan membuka peluang bagi penggunanya untuk saling belajar guna meningkatkan kapasitas masing-masing.

"Kadang-kadang karena masih produksi video pembelajaran, jadi orang belum terlalu bisa memilih mana yang perlu dipotong atau enggak, jadi karena ini sarana latihan, enggak semua orang langsung bisa jadi ahli. Mereka yang masih amatir, kalau isi kontennya mengandung video pembelajaran, itu tetap bisa diterima oleh admin, karena enggak semua profesional yang buat," paparnya.

Sebelumnya, Kemendes PDT menargetkan pada 2025 seluruh desa di Indonesia yang berjumlah sebanyak 75.265 desa dapat bertransformasi menjadi desa digital.

"Jadi, targetnya tahun depan adalah 75.265 desa itu mengandalkan APBDes-nya untuk desa digital," kata Kepala Badan Pengembangan dan Informasi (BPI) Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Kemendes PDT Ivanovich Agusta saat menutup kegiatan Workshop Exit Strategy Desa Cerdas di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/11).

Target yang ditetapkan itu sejalan pula dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 62 Tahun 2024 tentang APBN Tahun 2025 yang mengatur bahwa penggunaan dana desa, di antaranya diprioritaskan untuk pemanfaatan teknologi informasi dalam percepatan keberadaan Desa Digital. Desa Digital merupakan nomenklatur yang sama dengan Desa Cerdas, sesuai dengan Keputusan Menteri Desa Nomor 55 Tahun 2024.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement